CONTOH MAKALAH PENALARAN DIKSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA
Forbidden
You don't have permission to access /api.php
Baca Juga
Additionally, a 403 Forbidden
error was encountered while trying to use an ErrorDocument to handle the request.
I
2.2.6Hubungan Penalaran dengan Sinonim
Adalah suatu kehilapan yang besar menganggap untuk mengganggap bahwa persoalanpilihan kata adalah persoalan yang tidak perlu dibicarakan atau dipelajari karena akan terjadi secara wajar pada setiap manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kita berjumpa dengan orang-orangyang sulit sekali mengungkapkan maksud dan sangat miskin dengan variasi bahasanya. Tetapi kita juga berjumpa dengan orang–orang yang sangat boros dan mewah mengobralkan perbendaharaan katanya, namun tidak ada sisi yang tersirat di baliknya. Untuk tidak sampai tersesat ke dalam kedua ekstrem itu, tiap angota masyarakat harus mengetahui bagaimana pentingnya peranan kata-kata dalam komunikasi sehari-hari.
Bahasa tumbuh karena kebutuhan si pemakai bahasa itu. Makin banyak kata yang kita kuasai makin kaya perbendaharaan bahasa kita.hal itu sangat perlu karena kayanya perbendaharaan bahasa kita, mudah kita mengeluarkan pikiran dan keinginan kita dengan bahasa. Sinonim kata terutama sangat dibutuhkan oleh orangyang sering mengarang. Apabila dalam karangankita, kita gunakan sepatah kata berulang-ulang, maka bahasa kita tawar, hambar tidak menarik.tampakkemiskinan kita akan kosa kata. Itu sebabnya kita gunakan sinonim supaya ada variasi, ada pergantian yang membuatlukisan kita hidup.
Senang : sukariang gembira
gembira gembira ria
ria suka hati
ceria lega
suka cita puas
suka ria enak
riang bahagia
Proses mengklsifikasi yang kita jumpai dalam kamus atau ensiklopedia memberi kesempatan kepada para siswa untuk melihat secara sepintas bila aneka ragam sinonimyang dipergunakan untuk mengekspresikan suatu gagasan tertentu. Hal ini justru dapat merupakan suatu pengantar yang efektif dan juga menjadi suatumotivasi yang kuat bagi telaah kamus.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalammengenai sinonim:
2.ada kata yang bersinonim pada bentuk dasar, tetapi tidak dalam bentuk jadian. Misalnya kata benarbersinonim dengan kata betul. Tetapi kata kebenaran tidak bersinonim dengan kata kebetulan.
3.ada kata-kata yang tidak mempunyai sinonim pada bentuk dasar tetapi, memiliki sinonim dalam bentuk jadian. Misalnya kata jamurtidak mempunyai sinonim, tetapi kata menjemur adasinonimnya, yaitu mengeringkan; berjemur bersinonim berpanas.
4.tidak menentukan Ada kata-kata dalam arti yang sebenarnyatidak mempunyaisinonim, tetapi dalam arti kiasanjustru mempunyai sinonim. Misalnyakata hitam dalam makna sebenarnya tidak ada sinonimnya, tapi dalam arti kiasan ada sinonimnya, yaitu gelap, mesum, buruk, jahat.
2.2.7Hubungan Penalaran dengan Kata-kata umum dan Khusus
Kata dinilaimempunyai ketepatan bila dipakai dalam situasi dan tempat pemakaiannya. Pilihan kata disesuaikan dengan jenis dan isi karangan. Kata-kata yang mengarah bias digunakan dalam karya sastra. Ketepatan pemakaian suatu kata berarti ketepatan penempatan dalam suatu karangan. Dari situ muncullah istilah bahasa umum dan bahasa khusus.
Dengan melihat dari umum dan khususkata. Untuk mengambil kesimpulan, biasanya kita akan menggunakan kata-kata umum. Sedangkan untuk memerinci suatu hal kita akan menggunakan kata-kata khusus.
Unggas adalah kata umum, sedangkan ayam, burung,bebek,dan angsaadalah kata khusus. Batas keumuman dan kekhususan suatu kat itu bersifat gladual atau bertingkat. Dalam tulisan, konteks kalimat dapat menjelaskantingkat kekhususan kata. Kata burung misalnya,lebih khusus dari pada kata unggas. Pada gilirannya kata burung lebih umum dari pada kata merpati, beo,dan cendrawasih.
Memperhatikanuraian Di atas, semakin umum suatu kata semakinbanyak pula kemungkinan penafsirannya. Sebalinya semakin khusussuatu kata, semakin terarah pula pemaknaannya. Meskipundemikian, tidak berartikita harus selalu menggunakan kata-kata umum dalam tulisan. Kata-kataumum tetap diperlukan untuk mengabstraksian, pengklasifikasian, dan generalisasian. Yang harus kita perhatikan sebagai penulis, gunakanlah kata-kata umum kalau benar-benar diperlukan. Untuk menghindari pemaknaanyang keliruterhadap kata umum, kadang-kadang pemakaian kata itudapat disertai penjelasan-penjelasan yang lebih rinci atau contoh-contoh yang lebih konkret. Dengan demikian, tulisankita akan lebih jelas dan spesifik.
Tetapi, apakah perincian dari sesuatu yang umum itu selalu dapat memperjelas pembaca?Tidak!Penambahan detail atau rincian kadang-kadang semakin mengaburkan makna tulisan. Untuk mengatasinya, ide-ide itu dapat digandengkan dengan istilah-istilah yang lebih tepat,lebih konkret dan lebih khusus (Keraf, 1981).
Pada umumnya untuk mencapai ketepatanpengertian lebih baik memilih kata khususdari pada kata umum. Kata umum yang dipertentangkan dengan kata khusus harus dibedakan dari kata denotatif dan konotatif. Kata denotative dan konotatif dibedakanberdasarkan maknanya, yaitu apakah ada makna tambahan atau nilai rasa yang ada pada sebuah kata. Kata umum dan kata khusus dibedakan berdasarkan luas tidaknyacakupan makna yang dikandungnya. Bila sebuah kata mengacu kepada suatu hal atau kelompokyang luas bidang lingkupnya maka kata itu disebut kata umum. Bila ia mengacu kepada pengarahan – pengarahan yang khusus dan konkrit maka kata-kata itu disebut kata khusus.
1.kata Khusus
Padaumumnya kita sepakat bahwa semua nama diri merupakan istilah yang paling khusus, sehingga menggunakan kata-kata tersebut tidak akan menimbulkan salah paham. Bahwa nama diri ini merupakan kata khusus, tidak boleh disamakan dengan kata yangdenotatif. Kata khususmemang pada dasarnya memiliki denotasi yang tinggi tingkatnya. Seorang yang bernama Mat Bogongmisalnya, yang dilahirkan tangal sekian, bulan sekian dan tahun sekian, pada dasarnya hanya memiliki denotasi, dan tidak akan menimbulkan konotasi lain selain dari menyebut orang lain.
Tetapi dalam perkembangan waktu, nama diri dapat juga menimbulkan konotasi tertentu. Konotasi itu timbul dariperkembangan yang dialami orang yang menggunakan nama itu. Kata yang paling khusus itu tetap tidak menimbulkan salah paham dalam pengarahannya, tetapi kata itu sudah menimbulkan konotasi yang berlainan dalam perkembangan waktu. Jadi kata khusus dapat bersifat konotatif maupun bersifat konotatif.
Kata-kata yang konkrit dan khusus dengan demikian menyajikan lebih banyak Impormasi kepada pembaca. Memberi imformasi yang jauh lebihbanyak sehingga tidak mungkin timbul salah paham. Tetapi disamping memberi imformasi yang jauh lebih banyak itu, kata khusus juga memberi sugesti yang jauh lebih mendalam.
2.kata Umum
Bila kita beralih dari nama diri kepada kata-kata benda misalnya, maka kesulitan ituakan meningkat. Semakin umum suatu kata, semakin sulit pula tercapai titik pertemuan antara penulis dan pembaca. Sebuah kata benda anjingmisalnya akan menimbulkan daya khayal yang berbeda antara penulis dan pembaca. Kita tidak tahu bagaimana tepatnya pengertian dan ciri-ciri anjing itu. Mungkin penulis membayangkan seekor anjing kampung.
Kesulitan yang sama kita hadapi lagi pada waktu mendengan atau membaca kata-kata yang abstrak dan kata yang menyatakan generalisasi. Banyak kosa kata yang terbentuk sebagai akibat dari konsep yang tumbuh dalam pikiran kita, bukan mengacu kepadahal yang konkrit. Kata pahlawan,kebahagiaandan sebagainya, akan menimbulkan gagasan yang berlainana pada tiap orang, sesuai dengan pengalaman dan pengertiannya mengenai kata-kata itu. Hal yang diwakilinya sukar digambarkan karena referensinya itu tidakbisa diserap pleh pancaindra manusia. Paling tinggi seseorang hanya bisa mengatakan bahwa dengan kata-kata ini saya maksudkan sekian dan sekian, dan tidak bermaksud demikian.
Dari segi bakutidaknya kata, kita akan berhadapan dengan dengan situasi. Jika situasi resmi, hendaknya kita menggunakan kata-kata yang baku, sedangkandalam situasi santai atau akrab kita boleh menggunakan kata-kata yang tidak baku
Pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiripula atas ragam baku dan ragam tidak baku.
Ragam baku adalah ragam yang dilambangkandan diakui oleh sebagian besarwarga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan normal bahasa dalam penggunaannya. Rgam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Ragam baku mempunyaisifat – sifat sebagai berikut :
1.kemantapan dinamis. Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasabaku tidak menghendaki adanya bentuk mati.
2.cendekia. Kata baku bersifat cendekia karena kata baku dipakai padatempat - tempat resmi. Perwujudan ragam baku ini adalah orang-orang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa .lebih banyak melalui pendidikan formal (sekolah). Di samping itu kata baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Kata baku dapatmemberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembicara.
3.seragam. Kata baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialahpenyeragaman bahasa. Pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman.
Dalam membuat sebuah karanganhendaknya memperhatikan tingkat kebakuanyang digunakandalam tulisan sesuai dengan masalah yang dibahas, jenis tulisan, serta pembacanya. Untuk surat – suratatau tulisan pribadi, boleh saja kita menggunakan kata-kata yang tidak baku. Tetapi untuk tulisan formal,seperti karangan dalam bentuk deskripsi kata-kata tak baku seharusnya dihindari.
Ragam baku (standar) ialah ragam bahasa yangdipergunakan kelas terpelajar di dalam masyarakat. Kelas ini meliputi pejabat pemerintah, guru, penulis dan sebagainya.
Ragam bahasa baku dapat dikenali dari kata - kata maupun struktur kalimat yang akan digunakan. Kata – kata baku dan non baku dapat dikenal daripilihan dan ejaan.
Kata Baku Kata Non Baku
Kaidah Kaedah
Kemana Kemana
Tidak Enggak
Berkata Ngomong
Membuat Bikin
Mengapa Ngapain
Memikirkan Mikirin
2.3Pengertian Diksi
Mengenai pengertian diksi ini ada beberapa pandangan yang menyatakan bahwa diksi atau pihan katapada intinya adalah berkaitan dengan kegiatan berbahasa baik secara lisan maupun dalam tulisan hal ini seperti yang dijelaskan :
Sedangkan kata mempunyai pengertian menurut Poespoprodjo (1999 : 50) yaitu sebagai tanda lahir yang menunjuk baik barang-barang (kenyataan) maupun pengertian-pengertian kata tentang barang-barang (kenyataan itu). Poespoprodjo menambahkan bahwakata itu tidak sama dengan pengertian. Dari segi kata-kata adalah ekspresi dan tanda pengertian, tetapi tanda yang tidak sempurna.
Diksi atau pilihan kata ini, maksudnya kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata yang merupakan unsur yang sangat penting terutama dalam karang-mengarang maupun dalam dunia tutur sehari-hari.
2.kriterian linguistik pragmatis, maksudnyakata-kata yang dipilih harus sesuai dengan kaidah bahasa yang digunaka, dapat digunakan sesuai dengan faktor-faktor (konteks).
2.4. 1Pengertian Karangan Deskripsi
Karangan deskripsimerupakan penggambaran suatu keadaan dengan kalimat-kalimat, sehingga menimbulkan kesan yang hidup. Penggambaran atau lukisan itu harus kita sajikan sehidup – hidupnya, sehingga apa yang kita lukiskan itu hidup di dalam angan – angan pembaca.
Di dalam suatu cerita selalu terdapat lukisan, sebab pelaku dengan segala pertikaiannya selalu terjadi dalam keadaan dan situasi tertentu sebagai latar belakang kejadian.
Menurut pandangan Sabarti Akhdiah (1986 : 133), melalui karangan deskripsi, penulis memindahkan kesan-kesannya, hasil pengamatan, dan perasaannya kepada pembaca. Dia gambarkansifat, ciri serta rincianwujud yang terdapat pada objek yang dilukiskannya. Sesuatu yang dideskripsikan tidak hanya terbatas padaapa yang dilihat, didengar, dicium, dirasa, dan diraba, tetapi juga yang dapat dirasa olehhati dan pikiran, seperti rasa takut, cemas, jijik, kasih dan haru.
Begitu pula suasana yang timbul dari suatu peristiwa.karanganDeskripsi suatu upaya untuk melukiskan sesuatu dengan kata-kata untuk menghidupkan kesan dan daya khayal kepada pembaca.
Untuk mencapai tujuan deskripsi itu, penulis dituntut untuk mampu memilih dan mendayagunakan kata-kata yang dapat memancing kesan serta citra indrawidan suasana batiniah pembaca. Sesuatu yang dideskripsikan harus tersaji secara gamblang, hidup dan tepat.
2.4,1Pendekatankarangan Deskripsi
Untuk mencapaitujuan sebuah karangan deskripsi, banyak cara yang dapat dilakukan, misalnya dengan penyusunan detail-detail dan objek, cara penulis melihat persoalan yang telah digarap, sikap penulis terhadap pembaca, dan cara mengolah fakta, Ataudengan kata laincara pendekatan. Pendekatan dalam pendeskripsian dapat dibedakan atas pendekata realis, pendekatan impressionistis dan pendekatan menurut sikap penulis. (Sabarti Akhdiah, 1986 : 135)
1.pendekatanRealistis
Dalam pendekatan realistis, penulis berusaha agar deskripsi yang dibuatnya itu sesuai dengan keadaan sebenarnya,seobyektif mungkin.perincian-perincian, perbandingan atara satu bagian dengan bagian yang lain dilukiskan sedemikian rupa, sehingga nampak dipotret atau sesuai dengan aslinya. Walaupun demikian, tidak ada sebuah deksripsim pun yang persis sama dengan keadaan yang sebenarnya, atau seperti yang dapat dilihat dengan mata (Sabarti Akhdiah 1986 : 135).
2.pendekatan Impresionistis
Penulis berusaha menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan yang diperolehnya, yang bersifat subjektif. Penulis menonjolkan pilihanya dan interprestasinya. Penulis menyeleksi secara cermat bagian-bagian yang dideskripsikan. Kemudian, baru berusaha menginterprestasikannya. Fakta-fakta yang dipilih oleh penulis harus dihubungkan dengan efek yang ingin ditampakkan. Fakta-fakta ini dijalin dan diikatdengan pandangan-pandangan subjektif si penulis.
3.pendekatanMenurutSikapPenulis
Pendekatan sangattergantung pada tujuan yang ingin dicapai, sifat objek, serta pembaca deskripsinya. Dalam menguraikan sebuah persoalan, penulis mungkin mengharapkan agar pembacamerasa tidak puas terhadap suatu tindakan atau keadaan, atau penulis mengiginkanagar pembacajuga harus merasakan bahwa persoalan yang tengah dihadapi merupakan masalah yang gawat. Penulis juga dapat membayangkan bahwa akan terjadisesuatu yang tidak diinginkan sehingga pembaca dari mula sudah siap dengan perasaan yang kurang enak, seram, takut dan sebagainya.
Penulis harus menetapkan sikap yang akan diterapkan sebelum mulai menulis. Semua detail harus dipusatkan untuk menunjang efek yangingin dihasilkan Perincian yang tidak ada kaitannya dan menimbulkan keragu-raguan pada pembaca, harus disingkirkan Penulis dapat memilih misalnya salah satu sikap, seperti masa bodoh, bersungguh-sungguh, cermat, sikap seenaknya, atau sikap yang ironis. Namun, sikapyang diambil olehpenulis, akan dipengaruhi oleh suasana yang terdapat pada saat itu.
2.4.3Macam-macam Karangan Deskripsi
Tempat memegang perananyangsangat pentingdalam setiap peristiwa atau cerita. Semua kisah akansemua mempunyai latar belakang tempat. Jalannya peristiwa akan lebih menarik kalau dikaitkan dengan tempat terjadinyaperistiwa tersebut. Bunyi ombak yang mendesah , desau daun-daunan daun kelapa yang ditiup angin, kicau burung yang saling berkejar-kejaran, dan nyayian nelayan yang menangkap ikannya, akan menambah romantisnya suasana tersebut. Namun seorang penulis tidak akan menjajalkan begiti saja detail-detail dari suatu tempat ke dalam deskripsinya . Penulis deskripsi harus mampu menyeleksi detail-detail dari suatu tempat yang dideskripsikannya,sehingga detail yang dipilih betul-betul mempunyai hubungan atau berperan langsung dengan peristiwa yang dilukiskan.
2.deskripsi Orang
Kerumitan manusia tidak hanya strukturanatomidan morfologi tubuh, tetapi juga karena jiwa dan akal budi yang dimilikinya. Hal ini akan menyulitkan orang menghasilkan yang memuaskan. Seseorang yang sungguh-sungguh membuat deskripsi tentang seorang tokoh harus mengetahuiciri utama sang tokoh, seperti tingkah laku, bentuk tubuh, watak, penampilan dan sebagainya.
Jadi berdasarkan tujuannya, sekurang-kurangya harus dibedakan dua macam deskripsi, yaitu deskripsi sugestif dan deskripsi teknis atau deskripsi ekspositoris.
Dalam deskripsi sugestif penulis berusahamenciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca. Pengalaman karena langsung pada obyeknya. Pengalaman atau obyek itu harus menciptakan sebuah kesan atau interprestasi. Sasaran deskripsi sugestif adalah: dengan perantaraan rangkaian kata-kata yang dipilih oleh penulis untuk menggambarkan ciri, sifat, dan watak dari obyek tersebut, dapat diciptakan sugesti tertentu pada pembaca. Dengan kata lain karangan deskripsi sugestif berusaha untuk menciptakan suatu penghayatan terhadap obyek tersebut melalui imaginasi para pembaca.
Di pihak lain karangan deskripsi ekspositoris atau deskripsi teknis hanya bertujuan untuk memberikan identifikasi atau informasi mengenai obyeknya, sehingga pembaca dapat mengenal bila bertemu atau berhadapan dengan obyek tadi. Ia tidak berusaha untuk menciptakan kesan atau imaginasi pada diri pembaca. Seseorang yang berusaha untuk mendeskripsikan keadaan bahasa Indonesiadari Fonologi, Morfologi, dan Sintaksissesuai keadaan yang nyata dewasa ini, biasa dikatakan bahwa ia membuat karangan deskripsi tentang bahasa Indonesia. Demikian pula bila ia mendeskripsikan sesuatu obyek tertentu agar orang lain mengetahui hal itu secara tepat, juga dapat dikatakan secara umum ia mendeskripsikan obyek itu.
Jadidalam menggarap sebuah karangan deskripsi yang baik, dituntut dua hal :
3.dengan kedua pernyaratan tersebut seorang penulis sanggup menggambarkan obyek dalam kata-kata yang penuh arti dan tenaga, sehingga mereka yang membaca gambarantadi dapat menerimanya seolah-olah mereka sendiri melihatnya. Pilihan kata (diksi) yang tepat dapat melahirkan gambaran yang hidup dan segar di dalam imaginasi pembaca. Perbedaaan – perbedaaan yangsangatkecil dan halus dari apa yang dilihatnya dengan mata, harus diwakili oleh kata-kata khusus.
2.4.4Hubungan Deskripsi dengan Tulisan Lain
Karangan deskrisi merupakan alat Bantu yang efektif untuk lebih menghidupkan pokok pembicaraan, untuk menghindari rasa kebosanan dan keengganan para pembaca. Gagasan yang bersifat umum atau uraian-uraian yang abstrak mungkin tidak dapat segera dilihat atau diterima oleh pembaca.tetapi apabila hal-hal yang umum dan abstrak tadi dipaparkan dalam perincian-perincian yang kongkritdan terarah, maka pembaca akan lebih mudahmenerimanya. Sebaliknya pembaca juga akan menolak. Kalau ternyata contoh yang bersifat deskriptif itu tidak mengandung titik-titik singgungdengan gagasan umumnya.
Dalam pendekatan realistis, penulis berusaha agar deskripsi yang dibuatnya itu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, seobyek mungkin. Perincian-perincianperbandingan antara satu bagian dengan bagian yang lain dilukiskan sedemikian rupa,sehingga nampakseperti dipotret atau sesuai dengan aslinya. Walaupun demikian, tidak ada sebuah deskripsi pun yang persis sama dengan keadaan yang sebenarnya, atau seperti yang dapat dilihat dengan mata.(Sabarti Akhdiah, 1986 : 133 – 142).
II
Akhadiah, Sabarti, DR. Prof. M.K.1986. Menulis II.jakarta: Universitas Terbuka.
Akhadiah, Sabarti, DR. Prof. M.K.1989.menulisI.jakarta: Universitas Terbuka
Chaer, Abdul, Drs,1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta:Rinala Cipta.
Keraf, Gorys,Dr. 1981 Eksposisi dan Deskripsi. Jakarta:Nusantara.
_______________Diksi dan Gaya Bahasa.jakarta:Nusa Indah.
_______________. Tata Bahasa Indonesia. 1984,Jakarta:Nusa Indah.
Moeliono, M. Anton. 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. 1997. Jakarta:Balai Pustaka.
Poespoprodjo,W. DR.sh. SS.B.ph.l.ph dan EK.T. Gilarso. Drs.1999. Logika Ilmu Menalar, Bandung: PustakaGrafika.
Surana , PX . Spd. 1995. Materi Pelajaran Bahasa Indonesia.solo.
Tarigan, Djago. Drs fan Sulistiyaningsih, Lilis Siti. Dra.1998. Analisis Kesalahan Berbahasa,Jakarta:Universitas Terbuka.
__________________________.pengajaran Kosa Kata. Bandung: Angkasa.
Tim PenyusunKamus Pusat Bahasa.2001 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
0 Response to "CONTOH MAKALAH PENALARAN DIKSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.