-->

ARAH DAN DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM K13 PENDIDIKAN KESETARAAN TERBARU 2019

Zona bucin----Sebagaimana kita ketahui bersama, Kurikulum dikembangkan sejalan dengan tantangan dan dinamika yang dihadapi sang warga pada jamannya. Pengembangan kurikulum wajib mempertimbangkan karakteristik serta kesiapan peserta didik, mengingat  timgngginya keragaman latar belakang keluarga dan rakyat loka tumbuh kembang siswa. Hal ini sejalan dengan pendekatan pengembangan kurikulum pendidikan kesetaraan bahwa pendidikan kesetaraan diperuntukkan untuk mengatasi kasus putus sekolah, atau droup-out, atau dislokasi siswa menurut sekolah formal karena banyak sekali karena. Selain itu, pendidikan kesetaraan pula diperlukan lantaran masalah keterbatasan akses, atau ke dakbisaan mencapai asa memasuki sekolah formal, karena keterbatasan loka atau ruang pada sekolah formal pada menampung angkatan siswa yg terus bertambah. Lebih berdasarkan itu, pendidikan kesetaraan pula diharapkan menjadi penciptaan ruang kreatif, atau arena sosial atau arena publik yang kreatif dan produktif, atau menjadi pendidikan cara lain buat menumbuhkan kewirausahaan, keterampilan khusus, kecakapan hayati khusus pada bidang-bidang eksklusif, serta kemampuan memasuki global kerja. Kurikulum pendidikan kesetaraan dikembangkan dengan melakukan kontekstualisasi Kurikulum2019 pendidikan formal melalui konseptualisasi, rincian materi, kejelasan ruang lingkup, pelukisan istilah kerja operasional, serta rumusan kalimat. Kontekstualisasi tetap mengacu dalam baku komp etensi lulusan seperti yg masih ada pada pendidikan formal. Kurikulum2019 mempunyai dimensi pengetahuan, melatih keterampilan yg berorientasi dalam pemahaman serta pengalaman sosial serta prakk, serta memperkuat komitmen publik peserta didik melalui proyek-proyek keterlibatan sosial. 

Unit pertama berdasarkan Modul 1 Kontekstualisasi Kurikulum Pendidikan Kesetaraan menargetkan peserta pelatihan mampu: 
  • Memahami taktik pengembangan kurikulum pendidikan kesetaraan menggunakan memperhatikan target peserta didik dan permasalahannya, acara prioritas yg dikembangkan untuk mengatasi perseteruan, dan proses pemberdayaan dalam pendidikan kesetaraan.
  • Membedakan gerombolan generik serta grup spesifik dalam struktur kurikulum kesetaraan. 
  • Memahami prinsip dan taktik kontekstualisasi kurikulum pendidikan kesetaraan kelompok umum.

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM2019 PENDIDIKAN KESETARAAN

Mengikuti output  data menurut Badan Pusat Sta s k terkait  taraf pendidikan yang  nir berbanding lurus menggunakan tingkat keterserapan ke dunia kerja, ditunjukkan bahwa pada tahun2019 pengangguran lulusan SMA sebanyak 21,88% menempa  posisi ter nggi kedua setelah lulusan SD (24,15%) dari total 17.300.019 penduduk usia 15 tahun atau lebih yg menganggur (Agus Suwignyo dalam Kompas,2019). Lebih lanjut Agus Suwignyo menegaskan jikalau banyaknya tenaga kerja pada kelompok lulusan Sekolah Dasar serta SLA ini mungkin sebagai faktor mengapa pengangguran ter nggi menurut grup penduduk dengan dua kategori pendidikan tersebut. Kond isi itu bukan hanya karena mutu, tetapi juga lantaran keterbatasan akses serta keberlanjutan pend idikan yg menjadi penyumbang bagi rendahnya daya saing bangsa. Konflik putus sekolah, pengangguran, kemiskinan ini merupakan tantangan bagi pendidikan kesetaraan. Keberadaan pendidikan kesetaraan memiliki dua makna ke daksetaraan, yaitu, pertama ke daksetaraan secara sosial, ekonomi, dan budaya dalam warga , dan ke 2, ke daksetaraan dalam akses dalam pendidikan. Dengan syarat seper  ini maka pendidikan kesetaraan dibuat dengan memperha kan syarat-kondisi spesifik dan varia f berdasarkan peserta didik, keterkaitan dengan vokasi, memberikan legalitas akademis sebagai akibatnya sanggup mengakses dalam peluang pekerjaan dan peningkatan karir masa depan. Untuk itu, di bawah ini akan dipaparkan rancangan atau desain kurikulum pendidikan kesetaraan dengan perspek f pad a taktik pemberdayaan dan permanen mengacu dalam pengembangan Kurikulum2019.

Desain Pengembangan Kurikulum2019 Memasuki peradaban abad 21, terjadi pergeseran kerangka berpikir pembangunan menurut pembangunan berbasis Sumber Daya Alam (SDA) menuju pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Ini membutuhkan penanganan tersendiri berdasarkan kebijakan serta praktik pendidikan pada Indonesia. Merespon kebutuhan itu, pemerintah sudah menyempurnakan Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum2019 yang secara spesifik dimaksudkan buat mempersiapkan generasi baru bangsa supaya memiliki kemampuan menjadi eksklusif orang dewasa dan rakyat negara yg berpengetahuan, berketerampilan, memiliki sikap religius, e ka sosial yg tinggi, serta penuh tanggungjawab terhadap perkembangan diri serta masyarakatnya buat menopang pembangunan bangsa (Inspirasi Pembelajaran dan Penilaian Mata Pelajaran Sosiologi,2019). 

Ide kurikulum merupakan komponen kurikulum yg menjawab secara fi losofi s, teori s, prinsip, contoh buat membuatkan potensi siswa menjadi kualitas yg diinginkan. Ide Kurikulum2019 merujuk dalam fi losofi  Pancasila dan berakar pada budaya yg majemuk atau bhinneka. Secara teori k serta prinsip belajar, Kurikulum2019 adalah kurikulum berbasis karakter, pengetahuan serta kemampuan kogni f  nggi serta ketrampilan  nggi, berbasis lingkungan budaya-sosial-ekonomi-teknologi, membudayakan masyarakat pada sekitarnya, men gembangkan kemampuan abad ke-21, siswa belajar ak f, siswa adalah subjek dalam bel ajar, serta kebiasan belajar sepanjang hayat (Hamid Hasan,2019). Selanjutnya Hamid Hasan mengungkapkan bahwa desain Kurikulum2019 adalah desain kurikulum berbasis kompetensi yang integra f, yaitu semua aktivitas pembelajaran ditujukan buat pengembangan karakter, ilmu, teknologi, seni, serta penggunaan ilmu. Untuk mengintegrasikan pendidikan karakter, disiplin ilmu/teknologi/seni, serta penggunaan ilmu dipakai Kompetensi In  (KI) yaitu kompetensi yg mengikat semua isi atau Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran. KI mencakup empat aspek pen ng, yaitu penumbuhan perilaku religius (KI-1), pengembangan e ka sosial (KI-dua), dominasi pengetahuan (KI-3), dan prak k pengetahuan atau keterampilan (KI-4). Melalui keemp at Kompetensi In  tadi, diperlukan proses pembelajaran mampu menyebarkan kemampuan siswa sebagai pewaris dan pengembang budaya bangsa dalam kapasitasnya seb agai orang dewasa atau warga negara yg bertanggungjawab terhadap permasalahan sosial dan tantangan yang dihadapi bangsa (Inspirasi Pembelajaran serta Penilaian Mata Pelajaran Sosiologi,2019). Pelaksanaan Kurikulum2019 membutuhkan perubahan pola pikir pada proses pembel ajaran yang menekankan pada pembelajaran ak f buat mencapai penguasaan ilmu penget ahuan (Knowledge/K) yang memadai, dan dijalankan dalam prak k pengetahuan buat pengembangan keterampilan (Skill/S) serta menumbuhkan perilaku religius dan e ka sosial yang  nggi (A  tude/A) pada peserta didik. Sedangkan output berdasarkan proses pembelajaran atau pemanfaatan nan nya akan ditampilkan sang peserta didik dari a  tude atau perilaku (A), dan skill (S) atau keterampilan yg mumpuni, dan dominasi pengetahuan atau knowledge (K) yang memadai. Gambaran tentang pembentukan  ga dimensi kompetensi pada proses pembelajaran serta pemanfaatan hasil belajar merupakan menjadi berikut.

Pencapaian kompetensi itu hanya dapat diperoleh bila terdapat koherensi kurikulum. Kurikulum yang baik secara konten jika  dak disertai penger an dan kemampuan bagi aktornya untuk menghidupinya pada pengalaman jua  dak akan bisa dijalankan. Konten yg paripurna, keaktoran yg kompeten jua akan mengalami kesulitan bila  dak ditopang oleh jaminan ins tusional yang selaras menggunakan jiwa dan paradigma kurikulum yang dimaksud. Dengan dem ikian, konsistensi serta koherensi dalam kurikulum melipu  beberapa dimensi dasar. Pertama, dimensi material yang melipu  rentang tekstual elemen kurikulum mulai dari paradigma, konsep dasar kurikulum hingga klasifikasi kurikulum itu ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran. Dim ensi ke 2 adalah dimensi keagenan dan dimensi ins tusional dalam kurikulum. Dimensi keagenan menyangkut pelaku atau aktor-aktor yg menghidupkan kurikulum itu pada pengalaman atau prak k, pada hal ini guru atau pendidik dan siswa. Dimensi ke ga men yangkut ins tusi yang mendukung supaya kurikulum itu sanggup dihidupkan menjadi praktik yakni sekolah atau satuan pendidikan (Robertus Robert,2019). Hubungan 3 dimensi supaya terjaga konsistensi serta koherensi kurikulum bisa digambarkan menjadi berikut.

Pendidik mempunyai kiprah yang sangat krusial dalam praktik pendidikan karena manfaatnya pada menghidupi kurikulum. Oleh karenanya, pendidik idealnya bisa menciptakan ruang pembelajaran yg kri s, emansipatoris, dan mendorong peserta didik bergairah pada praktik pengetahuan dengan terlibat dalam pemecahan kasus di warga . Pendidikan yang humanis akan terselenggara bila pendidik menjalankan fungsi serta kiprahnya secara optimal menjadi agensi perubahan dalam proses transformasi serta peningkatan kualitas pendidikan.

Kontekstualisasi Kurikulum Pendidikan Kesetaraan Pendidikan kesetaraan diperlukan terutama untuk mengatasi kasus putus sekolah, atau droup-out, atau dislokasi peserta didik berdasarkan sekolah formal lantaran aneka macam karena. Selain itu, pendidikan kesetaraan jua diharapkan karena kasus keterbatasan akses, atau ke dakbisaan mencapai asa memasuki sekolah formal, lantaran keterbatasan loka atau ruang di sekolah formal dalam menampung angkatan peserta didik yang terus bertambah. Lebih berdasarkan itu, pendidikan kesetaraan juga dibutuhkan sebagai penciptaan ruang krea f, atau arena sosial atau arena publik yang kreatif serta produktif, atau menjadi pendidikan cara lain buat menumbuhkan kewirausahaan, keterampilan spesifik, kecakapan hayati spesifik pada bidang-bidang tertentu, serta kemampuan memasuki dunia kerja (Naskah Akademik Pendidikan Kesetaraan,2019). Selanjutnya dengan melihat latar peruntukkan pendidikan kesetaraan buat mengatasi mas alahmasalah yg dihadapi siswa, pada naskah akademik (Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan,2019) dijelaskan bahwa program prioritas pendidikan kesetaraan adalah, pertama, merupakan acara setara yaitu kualitas lulusan setingkat menggunakan pendidikan formal. Dalam hal ini pendidikan formal maupun pendidikan non formal atau pendidikan kesetaraan merupakan lembaga pendidikan yang sama-sama diorientasikan unt uk tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kedua, adalah acara spesifik yaitu muatan pemberdayaan dimaksudkan buat memberdayakan atau memampukan peserta didik mengatasi kerentanan-kerentanan sosial-ekonomi dihadapi. Pendidikan merupakan praktek pemb entukan kepribadian yg berdikari, otonom, penuh percaya diri dalam ber ndak, dan sekaligus sebagai praktek rekayasa sosial atau pembangunan komunitas. Sedangkan muatan keterampilan dimaksudkan menjadi programprogram spesifik sesuai karakteris k grup sas aran yang dihadapi. Muatan keterampilan ini diberikan supaya siswa terutama usia prod uk f mempunyai keterampilan atau kecapakan hidup buat berdikari dan tampil sebagai rakyat yang ak f dan berkonstribusi bagi masyarakatnya. Pendidikan kesetaraan memiliki misi khusus buat mengatasi perkara-masalah yg dihadapi peserta didik, kualitas lulusan pendidikan kesetaraan haruslah setara menggunakan pendidikan form  al. Standar kelulusan keduanya perlu ditempatkan dalam  ngkatan yang setara. Penentuan baku kualitas lulusan itu dilakukan dengan mengacu dalam pendidikan formal namun perlu dikontekstualisasikan dengan kasus, tantangan serta kebutuhan yang dihadapi pendidikan kesetaraan, seper  buat menaikkan pengetahuan dan keterampilan khusus sesuai potensi sumb erdaya insan, sumberdaya alam, peluang dunia kerja, dan kecakapan hidup buat mengisi ketersediaan ruang publik dampak kemajuan teknologi komunikasi di abad 21 dengan berb agai krea vitas sosial-ekonomi. Mengingat peluangnya yang begitu terbuka itu, pendidikan kes etaraan disini mampu dimaknai bukan hanya sebagai pendidikan alterna f buat mengatasi mas alah, tetapi jua bersifat futuris k untuk menaikkan kualitas hidup serta mendorong perkembangan kemajuan rakyat (Kontekstualisasi Kurikulum Pendidikan Kesetaraan Paket C Mata Pelajaran Sosiologi,2019). Program setara dengan pendidikan formal dalam pendidikan kesetaraan dikembangkan melalu kontekstualisasi kurikulum. Kontektualisasi dilakukan agar mudah dioperasionalisasikan serta diwujudkan di pada praktik penyelenggaraan pendidikan kesetaraan. Prinsip yang digunak an pada melakukan kontekstualisasi diadaptasi dengan kasus, tantangan, kebutuhan dan karakteris k pendidikan kesetaraan, yaitu: (1) memas kan kompetensi dasar pendidikan kes etaraan setara atau equivalen dengan kompetensi dasar pendidikan formal; (dua) berakibat rum usan atau deskripsi kompetensi lebih operasional; serta (tiga) memberikan tekanan khusus rumusan kompetensi dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar bisa dicapai sesuai kebutuhan yang diperlukan, sebagai akibatnya bisa mengakibatkan pendidikan kesetaraan mampu berperan menjadi pendidikan alternatif untuk memecahkan masalah sekaligus futuris k dalam peningkatan kualitas dan pengembangan pendidikan. 


ANALISIS KONTEKS PENDIDIKAN KESETARAAN

Penyelenggaraan pendidikan buat pelaksanaan kurikulum yg telah disusun harus mencapai  ngat imbas fi tas yang  nggi. Ar nya pendidikan tersebut menjawab kebutuhan riil berdasarkan peserta didik akan peningkatan aspek pengetahuan keterampilan dan perubahan sikap yang dikehendaki. Untuk itu pen ng dilakukan pemetaan syarat awal akan forum penyelenggara, calon peserta didik, sumberdaya alam, sumberdaya manusia serta kelembagaan pada sekitarnya. Analisis sosial merupakan langkah yang pen ng untuk penyelenggaraan pendidikan kesetaraan, terutama bila ditujukan buat peserta didik yang telah dewasa, serta diarahkan buat pemberdayaan dan kemandirian. Kondisi siswa sangat unik, mereka dipengaruhi oleh hidup, kondisi sosial budaya pada lingkungan masyarakatnya dan mengelola sumberdaya alam yg ada di sekitarnya. Analisis kontekstual menaruh arah sesuai kebutuhan serta kekhasan kondisi peserta didik. Tidak mungkin gerombolan peserta didik dalam gerombolan rakyat pantai menerima fasilitas dan desain layanan pendidikan kesetaraan sebagaimana mereka yg berada pada lingkungan pedesaan berbasis pertanian, demikian halnya menggunakan kondisi pinggiran perkotaan. Pengalaman hidup serta profi l lain peserta didik berbasis gender jua pen ng diperha kan. Perempuan  dak bisa dianggap mempunyai kebutuhan akan pengetahuan dan keterampilan hayati buat pemberdayaan yg sama dengan laki-laki . Peran serta pandangan tradisional lokal yg tumbuh di rakyat pen ng buat diper mbangkan. Analisis konteks sepenuhnya dipengaruhi sang paradigma pendidikan yg dipakai.

Dalam konteks pendidikan kesetaraan ini, kerangka berpikir yg dipakai merupakan pemberdayaan guna kemandirian. Perlu diingat bahwa pendidikan pemberdayaan adalah sebuah konsep yang kompleks,  dak mampu hanya dimaknai menjadi keterampilan bisnis secara ekonomi, namun pula mampu berar  membentuk relasi sosial agar bisnis produk f ekonomi sebagai berkelanjutan. Serta poly sektor penghidupan warga lainnya. Ada majemuk metode dan piran  untuk melakukan analisis konteks terkait Pendidikan kesetaraan. Yang paling seringkali serta dianggap rela f gampang dilakukan merupakan analisis SWOT atau Kekepan, dengan melihat faktor internal penyelenggara, yakni kekuatan dan kelemahan, serta faktor ekternal, yakni peluang dan ancaman. Dari temuan ke empat faktor analisis tersebut, akan menjadi dasar penyusunan prioritas aktivitas sinkron dengan syarat riil yg dihadapi, menjadi planning aksi pendidikan kesetaraan yang efektif sebagaimana yang dibutuhkan.

Demikian mengenai arah dan desain pengembagan kurikulum K13 Pendidikan Kesetaraan terbaru tahun2019, semoga berguna. Terimakasih.


PUSTAKA ACUAN 


Cendekiawan Berdedikasi. 25 Juni2019. Kompas, hlm. 33. Direktorat Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen. Paud serta Dikmas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2019. Naskah Akademik Pendidikan Kesetaraan. Jakarta. Direktorat Pendidikan Keaksaraan serta Kesetaraan, Ditjen. Paud serta Dikmas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2019. Kontekstualisasi Kurikulum2019 Pendidikan kesetaraan Paket C Mata Pelajaran Sosiologi. Jakarta. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan.2019. Inspirasi Pembelajaran serta Penilaian Mata Pelajaran Sosiologi. Jakarta. Pusat Kurikulum serta Perbukuan, Balitbang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2019. Naskah Konsep Dasar Peneli an Profi l Lulusan Pendidikan Dasar Terhadap Pembangunan Manusia Dalam Rangka Kebijakan Kurikulum Masa Depan. Jakarta. Robert, Robertus.2019. Arah Perbaikan Kurikulum2019 Mata Pelajaran Sosiologi. Jakarta. Suwignyo, Agus. 2 Mei2019. Tantangan Pendidikan Kita. Kompas, hlm. 6. 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel