-->

CARA MENENTUKAN SATUAN KREDIT KOMPETENSI SKK PADA PEMBELAJARAN KESETARAAN

Modul-Kurikulum-Kesetaraan%2BK13%2B%25283%2529.jpg
Zona bucin----Pendidikan kesetaraan yang menaruh landasan tujuan dan maknanya sesuai dengan ruh Kurikulum2019 serta pendidikan sepanjang hayat; analisis konteks dan pemanfaatan hasilnya sebagai dasar pendidikan pemberdayaan dan adalah muatan khusus dalam struktur kurikulum, pengembangan serta pembelajaran berbasis modul, hingga ke penyusunan kerangka evaluasi hasil pembelajaran yang mencerminkan kompetensi peserta didik menurut dimensi pengetahuan, keterampilan serta perilaku. Selain itu, sebagai bagian dari arah perubahan dunia dan tuntutan adaptasi, maka modul ini juga menyajikan satu bagian yang membahas pembelajaran berbasis teknologi liputan atau pada jaringan (daring). Karenanya Pembelajaran kesetaraan ditentukan juga menggunakan SKK (Satuan Kredit Kompetensi) buat penentuan beban belajarnya.

Sistem SKK (Satuan Kredit Kompetensi) menyatakan beban belajar dalam pendidikan kesetaraan yang menjadi pembeda menggunakan pendidikan formal. Melalui sistem ini, siswa dilayani pada satuan pendidikan kesetaraan buat belajar sinkron menggunakan kebutuhan dan kecepatan belajarnya. Pemerintah hanya mengatur total beban belajar buat setiap angkatan. Satuan pendidikan diberikan kesempatan untuk mendistribusikan beban belajar sesuai dengan  ngkat keluasan serta kerumitan pembelajaran, karakteri sik peserta didik serta kondisi satuan pendidikan. 


Apa itu Satuan Kredit Kompetensi (SKK) 

Peserta didik pendidikan kesetaraan memiliki kemampuan yg beragam dan berupaya bisa dilayani dalam pendidikan ini. Penerapan sistem SKK adalah galat satu cara buat melayani peserta didik pendidikan kesetaran sinkron menggunakan kecepatan belajarnya. SKK menjadi acuan pada perencanaan proses pembelajaran buat pengakuan pencapaian kompetensi peserta didik sebagai indikasi penguasai satu mata pelajaran. 

Pemerintah menentapkan sasaran SKK buat se ap jenjang pendidikan kesetaraan, Paket A, Paket B, dan Paket C. Satuan pendidikan menjabarkan sasaran SKK buat se ap mata pelajaran dan semester buat ditawarkan kepada peserta didik. Peserta didik selanjutnya menentukan sasaran SKK yang akan dicapai sesuai dengan ketersediaan saat dan kemampuannya. 

Bagi satuan pendidikan memilih beban SKK buat se ap mata pelajaran se ap semester hingga menentukan jadwal pelaksanaan pembelajaran merupakan hal yg penting. Ada beberapa hal yg menjadi dasar per mbangan dalam memilih beban SKK buat se ap mata pelajaran, diantaranya wahana dan prasarana yang tersedia, karakteris k peserta didik, serta tutor menjadi fasilitator.



Pembagian dan Pemaknaan SKK Kesetaraan

Dalam pendidikan Kesetaraan, Baik Paket A, Paket B dan Paket C, Pemaknaan SKK, dinyatakan 1 SKK = 1 jam tatap muka, atau dua jam tutorial, atau tiga jam mandiri. Alokasi ketika 1 jam tatap muka sama menggunakan 35 mnt buat Paket A, 40 mnt buat Paket B, dan 45 mnt buat Paket C. Pencapaian SKK disesuaikan menggunakan kecepatan bel ajar peserta didik pada masing-masing satuan Pendidikan. Untuk mengklaim pencapaian mod ul pula mencerminkan peningkatan kompetensi siswa, maka satuan pendidikan dap at mengatur persyaratan pengambilan SKK. Persyaratan maksimum pengambilan SKK yg perlu menerima perha an supaya menaruh ketika belajar yang cukup disamping ak vitas keseharian siswa lainnya. Satuan pendidikan dapat mensyaratkan pengambilan SKK per semesternya buat peserta didik Paket A aporisma 25 SKK, peserta didik Paket B maksimal 30 SKK, dan peserta didik Paket C maksimal 30 SKK. Beban belajar yang diambil oleh peserta didik akan sebagai salah satu hal yang tercatat pada kontrak belajar. Selain itu kontrak belajar pula memuat konvensi belajar antara pendidik dan peserta didik terkait pembelajaran dalam pendidikan kesetaraan. 

Pemaknaan beban belajar dalam pendidikan kesetaraan bisa disandingkan menggunakan beban belajar pada pendidikan formal untuk mengetahui kesetaraan beban belajarnya. Berikut merupakan beban belajar dalam pendidikan kesetaraan dengan pendidikan formal padananhya.

Berikut pada bawah ini adalah perbandingan Belajar antara pendidikan formal dan Nonformal kesetaraan;

Perbandingan%2BSKK-Kesetaraan-Beban-belajar.jpg


Perbandingan%2BSKK-Kesetaraan-Beban-belajar2.jpg

Pada Program Paket C atau Sekolah Menengah Atas, ada gerombolan peminatan Matema ka dan Ilmu Alam, Ilm u-Ilmu Sosial, Ilmu Bahasa serta Budaya. Pada struktur kurikulum di atas beban belajarnya dimasukkan dalam kelompok A atau gerombolan generik. 


Tahapan Menyusun Jadwal Pembelajaran Kesetaraan Sistem SKK

Tahapan buat menyusun jadwal pembelajaran dalam pendidikan kesetaraan memakai sistem SKK mengikuti tahapan berikut;

1. Identifikasi kebutuhan beban belajar buat se ap mata pelajaran. Kebutuhan beban belajar buat se ap mata pelajaran dapat ditentukan menurut  ngkat keluasan dan kerumitan pembelajaran, karakteri sik peserta didik dan syarat sat uan pendidikan. Data ini bisa diperoleh selesainya satuan pendidikan melakukan analisis konteks terhadap aneka macam aspek yang mempengaruhi pembelajaran pada satuan pendidikan. Penentuan beban belajar buat se ap mata pelajaran sangat dipengaruhi oleh visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan, dan output analisis konteks terkait daya dukung internal maupun ekst ernal pada pembelajaran pendidikan kesetaraan. 

Satuan pendidikan dimungkinkan untuk tetapkan beban belajar yang tidak sama buat se  ap mata pelajaran. Misalnya satuan pendidikan memfokuskan dalam pengembangan sains, maka mata pelajaran sains (matema ka, kelompok IPA) bisa menerima beban belaj ar yang lebih akbar dibandingkan menggunakan mata pelajaran lain. Satuan pendidikan karena keterbatasannya belum bisa buat melakukan analisis konteks/kebutuhan, satuan pendidikan dapat jua merujuk dalam beban belajar pendidikan formal. 

2. Membagi total SKK pada mata pelajaran untuk se ap  ngkatan sinkron dengan kebutuhan beban belajarnya. Sebagaimana dijelaskan dalam point 1, satuan pendidikan seharusnya mengalokasikan beban belajar buat mata pelajaran dalam setiap angkatannya menurut hasil analisis konteks/kebutuhan. Karakteristik satuan pendidikan yg majemuk akan menjadikan beban be laj ar yg tidak selaras dalam se ap satuan pendidikan. 

Pada materi ini, akan dicontohkan jika satuan pendidikan menetapkan beban belajar sesuai dengan pendidikan formal yang menjadi padanannya. Tetapi perlu diingat penga lokas ian ini hanya contoh. Satuan pendidikan seharusnya menetapkan beban belajar sesuai den gan karakteris k se ap satuan pendidikan. Terpenting yg perlu dipahami adalah cara mengalokasikan beban belajar total buat setiap angkatan menjadi beban belajar untuk setiap mata pelajaran.

3. Mengalokasikan beban belajar mata pelajaran buat setiap  angkatan pada semester. Tahapan selanjutnya adalah mengalokasikan beban belajar kesetaraan buat setiap mata pelajaran pada setiap angkatan dalam semester. Pengalokasian beban belajar dalam setiap semester sanggup dengan memperha kan  ngkat kesulitan materi atau dapat jua dibuatkan sama buat setiap semesternya. Pendidik dapat tetapkan beban yang tidak sama buat se  ap semester, diantaranya dari pengalaman profesionalnya, kesulitan materi, dan agenda satuan pendidikan. Berikut adalah alokasi beban belajar se ap mata pelajaran buat setiap semesternya. 

4. Mengalokasikan beban belajar dalam semester dengan jumlah modul dalam satu semester. Karakteris k pembelajaran pendidikan kesetaraan adalah pembelajaran berdikari menggunakan modul. Untuk itu pengaturan beban belajar pula wajib dapat dialokasikan pada modul pembelajaran. Beban belajar se ap modul disesuaikan dengan taraf kesulitan modul. Berikut adalah contoh pengalokasian beban belajar ke se ap modul pembelajaran.


5. Menentukan jumlah minimal dan maksimal SKK yang bisa diambil oleh peserta didik beserta persyaratannya buat se ap semester. Penentuan aporisma SKK adalah hal yg krusial. Hal ini dibutuhkan supaya peserta didik menerima cukup saat buat menyelidiki modul menggunakan baik pada sela-sela ak vitas hariannya. Selain itu jua menghindari siswa hanya menilik soal-soal la han semata supaya dapat lulus ujian modul dikarenakan waktu belajar yg sedikit. Ini adalah keliru satu upaya buat menjamin pencapaian kompetensi yg dibutuhkan berdasarkan memeriksa modul sang peserta didik. 


Percepatan melalui pendidikan kesetaraan dimungkinkan, hanya saja bila terlalu cepat penyelesaian suatu jenjang akan menjadi pertanyaan apakah kesetaraan menggunakan formal benar-benar tercapai. Mengenai penentuan minimal,  dak sebagai prioritas karena dapat diubahsuaikan menggunakan kemampuan belajar peserta didik. Satuan pendidikan bisa memilih batas minimal beban belajar peserta didik menurut pengalaman mengelola program. 

Merujuk kemampuan yg diharapkan buat setiap jenjang pendidikan, maka beban aporisma yang dapat diambil sang siswa Paket A sebesar 25 SKK, peserta didik Paket B sebanyak 30 SKK, serta siswa Paket C sebanyak 30 SKK untuk se ap semester. Satuan pendidikan bisa mensyaratkan anggaran lainnya, misalnya seper  komposisi mata pelajaran umum serta khusus yang harus diambil atau bisa pula banyaknya mata pelajaran yg bisa diambil. Menggunakan sistem SKK ini dimungkinkan siswa hanya merogoh mata pelajaran sesuai dengan minatnya, misalnya hanya merogoh mata pelajaran Matema ka buat seluruh jenjang dalam satu semester. Hal ini perlu diatur supaya semua mata pelajaran yg telah ditetapkan untuk se ap jenjang dikuasai, sebelum pindah ke jenjang berikutnya.

6. Mengatur jadwal pelaksanaan tatap muka, tutorial, dan mandiri. Setelah satuan pendidikan menentukan beban SKK buat se ap modul pembelajaran. Tahap selanjutnya adalah satuan pendidikan menentukan strategi pembelajaran yg akan dilakukan untuk menguasai kompetensi yang dibutuhkan dalam modul. Berikut adalah contoh strategi pembelajaran yang dilakukan pada Modul 1 PPKn Paket B  angkatan tiga.



Referensi;

Direktorat Pembinaan Keaksaraan dan Kesetaraan.2019. Naskah Akademik Pendidikan Kesetaraan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2019. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun2019 mengenai Kurikulum2019 SD/Madrasah Ibthidaiyah. 
Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan.2019. Peraturan Menteri Pendidikan serta Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun2019 tentang Kurikulum2019 Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah. 
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2019. Peraturan Menteri Pendidikan serta Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun2019 tentang Kurikulum2019 SMA/Madrasah Aliyah. 
Direktorat Pembinaan Keaksaraan serta Kesetaraan.2019. Draft  Standar Proses Pendidikan Kesetaraan.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel