MENGENAL AGAMA BUMI DAN AGAMA WAHYU YANG ADA DI DUNIA
12:10 PM
Edit
Zona bucin---Warga belajar dan siswa sekalian, dalam pembahasan tentang Agama menurut kacamata ilmu antropologi kali ini kita akan mencoba mengupas tentang kepercayaan wahyu dan agama bumi yg ada pada global ini. Untuk tahu mengenai kepercayaan bumi serta agam wahyu, terdapat baiknya disinggung terlebih dahulu pengertian agama seperti yang diuraikan dibawah ini :
1. Pengertian Agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kepercayaan adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut menggunakan nama Dewa atau nama lainnya menggunakan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yg bertalian menggunakan agama tadi.
Kata "kepercayaan " dari dari bahasa Sansekerta yang berarti "tradisi" sedangkan kata lain buat menyatakan konsep ini merupakan religi yang asal menurut bahasa Latin dan asal dari kata kerja "re-ligare" yang berarti "mengikat balik ". Maksudnya menggunakan berreligi, seseorang mengikat dirinya pada Tuhan..
2. Cara-cara Beragama
Jika ditinjau berdasarkan caranya, beragama bisa dibedakan sebagai berikut :
a. Cara Tradisional, yaitu cara beragama dari tradisi. Cara ini mengikuti cara beragama nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya bertenaga pada beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama, bahkan nir terdapat minat. Dengan demikian kurang pada menaikkan ilmu amal keagamaannya.
b. Cara Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yg berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini umumnya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya dampak. Pada umumnya tidak kuat pada beragama. Praktis mengganti cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau rakyat yang berbeda menggunakan cara beragamanya. Praktis bertukar kepercayaan bila mereka memasuki lingkungan atau rakyat yg lain agamanya. Mereka terdapat minat menaikkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yg gampang serta nampak pada lingkungan masyarakatanya.
c. Cara Rasional, yaitu cara beragama dari penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha tahu dan menghayati ajaran agamanya menggunakan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka mampu berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang nir beragama sekalipun.
d. Cara Metode Pendahuluan, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan nalar dah hati (perasaan) pada bawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha tahu dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yg dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari sesembahannya semisal nNabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan serta bersabar (berpegang teguh) dengan itu seluruh.
Agama Bumi
Agama bumi dianggap pula agama wad'i (natural Religion) adalah agama yg bersumber dalam nalar, pikiran, dan perilaku insan, sebagai akibatnya diklaim jua kepercayaan budaya. Agama bumi lahir dari filsafat masyarakat, baik yang dari dari para pemimpin warga atau dari para pengajur agama yg besangkutan.
1. Karakteristik Agama Bumi
Pada mulanya, agama bumi ada di kalangan orang-orang atau masyarakat sederhana, agama ini memuat keyakinan pada sejumlah kekuatan yg ada pada luar insan menjadi tempat buat memohon petunjuk manakala mereka menghadapi saat-ketika kritis. Kekuatan-kekuatan tadi bisa saja menjadi roh orang yg sudah mati; makhluk halus yg menghuni gunung, batu akbar, pohon akbar, dalam hewan eksklusif atau segala makhluk yg tidak berwujud.
Kepercayaan terhadap makhluk-mahkluk halus tersebut dikenal menggunakan sebutan Animisme. Berbeda menggunakan agama dalam Ma'na yaitu kekuatan supernatural yg dimanifestasikan dalam individu tertentu tau dalam benda yg dipercaya memiliki kekuatan luar biasa dan keajaiban. Sampai kini , jenis kepercayaan ini dihubungkan dengan warga yg masih kolot, disebut tribal religions pada muka bumi. Setiap warga pada bagian atas bumi ini kadangkala wajib memahami, adanya kekuatan pada luar kekuatan manusi, terutama setiap fenomena alam yg terjadi pada lebih kurang kehidupannya, seperti gempa bumi, angin ribut, halilintar, hujan lebat, serta lain-lain. Kekuatan tadi bisa dianggap sebagai kekuatan mistik, karena insan nir dapat berbuat hal untuk memunculkan fenomena alam semacam itu.
Pada warga sederhana masih ada suatu keteraturan melalui nilai-nilai atau kebiasaan-norma yang dilandasi sang adanya kepercayaan bersama terhadap sesuatu yg dipercaya mistik serta bisa mempersatukan tiap bagian masyarakat. Kepercayaan bersama pada bentuk religi ini merupaka suatu pengakuan yg mengakibatkan adanya saling ketergantungan di antara warga masyarakat pada hal kepercayaan mereka. Hal ini terntu saja tidak sinkron menggunakan rakyat yg telah mengalami kemajuan. Masyarakat sederhana seperti ini mempunyai ikatan nilai dan norma yg sangat erat menggunakan berpedoman dalam religinya. Religi yang dimiliki rakyat sederhana ini nampaknya membantu terwujudnya solidarits sosial bagi mereka yg terlibat pada dalamnya.
Religi berdasarkan Emile Durkheim adalah ....suatu sistem terpadu mengenai agama-agama, praktik-praktik yang herbi benda-benda kudus ... Benda-benda khusus atau terlarang - kepercayaan dan praktik-praktik yg menyatu pada satu komunitas yg dianggap umat, semuanya yang berhubungan dengan itu.
Kegiatan yang dilakukan rakyat pada rangka kegiatan religi memerlukan suatu alat yg dianggap kudus pada bentuk simbol yang diyakini bersam yg mempunyai suatu kekuatan yang dapat mempersatukan kehidupan mereka yg diklaim Totem. Totem merupakan nama atau lambang klan itu, dan mereka percaya bahwa benda totem itu mewujudkan prinsip totem yang suci, atau apa yg disebut mana. Ternyata suatu kelompok masyarakat yg dilandasi oleh kekerabatan dalam bentuk kaln memiliki totem masing-masing yg dijadikan pengikat solidaritas sosial yg mekanik.
Emile Durkheim menyatakan bahwa totem adalah : ...simbol masyarakat yang dianggap klan. (Simbolnya) itu merupakan benderanya ...dewa klan, prinsip totemik kemudian nir dapat lain berdasarkan pada klan itu sendiri, terjelma dam terwakili pada imajinasi melalui bentuk-bentuk hewan atau sayur mayur yg bisa dilihat, yg mereka perlakukan menjadi totem.
Dengan demikian, bahwa sistem totem menjadi religi yg hidup dalam masyarakat primitif, sudah menaruh suatu keyakinan yg pada terhadap kehidupan kelompoknya, sehingga dimanapun mereka berada akan tetap bersatu dalam totem yang sama dan akan berkumpul di saat-waktu tertentu pada upacara keagamaan yang dilaksanakan oleh klannya, sehingga totem ini menjadi indera integrasi sosial ke pada bagi kehidupan rakyat.
Religi melalui totemismenya, berbeda menggunakan mentalitas sederhana (primitif), pemikiran tentang mentalitas sederhana yang dimiliki sang individu yang terdapat pada suatu kelompok masyarakat akan ditentukan oleh citra-gambaran kolektif di mana yang bersangkutan berada.
Dalam kehidupan masyarakat sederhana menegaskan bahwa eksistensi individu serta pemikirannya terhadap suatu hal tergantung dalam masyarakatnya, karena masyarakatlah yang menaruh pengetahuan dan konsep-konsep kehidupan sebagai suatu kenyataan sosial juga kenyataan alam dalam individu. Dalam hal menanggapi gambaran-citra kolektif berdasarkan suatu fenomena, bagi rakyat selalu bersifat mistis atau adanya suatu kekuatan yang supra-natural menurut setiap kejadina yang berlangsung di alam.
Religi dalam hal kepercayaan kolektif yg dimiliki warga , yaitu sama-sama adanya suatu kepercayaan yg dilandasi oleh adanya kekuatan supra-natural yang dihasilkan oleh fenomena alam yg timbul di lingkungan kehidupan rakyat sederhana, lalu ditanggapinya menjadi suatu citra kolektif serta yakini bersama, keduanya menekankan bahwa kehidupan masyarakat akan menentukan keberadaan individu, begitu jua bahwa religi yang dianut individu menjadi output berdasarkan keyakinan yang dianut beserta pada rakyat.
Adapula pendapat bahwa religi timbul dimulai dari adanya magic melalui pengobatan-pengobatan yang dilakukan oleh dukun terhadap setiap masyarakat masyarakat yg sakit. Kesembuhan dari adanya sakit tersebut sebagai suatu pertolongan yang dilakukan oleh roh leluhur masyarakat yang membantu serta melindungi warganya melalu perantaraan dukun yg bersangkutan. Dukun sihir memberikan keyakinan terhadap rakyat akan adanya kekuatan ghaib yang dimilikinya, terutama pada hal pengobatan dampak adanya gangguan-gangguan dari makhluk lain. Religi yg ada pada kehidupan masyarakat nir tanggal berdasarkan adanya simbol religi.
Dalam hal ini terdapat keselarasan antara dukun yang mengobati dengan pasien melalui mitos dan kasi yg dilakukan sang keduanya. Munculnya mitos dalam kehidupan warga selalu dihubungkan dengan keadaan masa kemudian yg penuh menggunakan kepahlawanan dan mitos ini memberikan jalan keluar daei keadaan yang stress. Mitos pada kehidupan rakyat tidak terlepas dari adanya suatu keyakinan akan peristiwa-kejadian pada masa lampu yg belum tentu kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan, namun adanya keyakinana rakyat akan adanya religi yang mempercayai mitos tentu mempunyai tingkatan yg lebih tinggi dibandingkan menggunakan pengertian religi sebelumnya.
Kembali kita memahami akan kemunculan religi yang hayati pada warga sederhana atau primitif, nir lain lantaran adanya fenomena alam, diluar jangkauan serta keterbatasan pemikiran insan pada menjawab fenomena tersebut, sebagai akibatnya mereka menganggap adanya kekuatan dahsyat yang nir dapat ditaklukan sang kekuatan manusia. Hal itu sebagai kekuatan supra-natural, sehingga wajib dihormati dan dipuja supaya memberikan perlindungan dan berkah bagi manusia dan masyarakatnya.
Pada hakikatnya tindakan hal-hal mistik ini adalah penyempurnaan bagi bisnis-bisnis biasa dari insan. Ternyata agama terhadap hal-hal yg gaib pada luar jangkauan manusia merupakan kekuatan menjadi penyelaras hubungan manusia dengan alam dan sebagai pengawas terhadap tingkah laku insan dengan sesamanya juga dengan alam melalui kebiasaan-kebiasaan yg dihasilkannya, baik dalam bentuk anjuran, keharusan, juga embargo.
Manusia memiliki rasa takut jika melanggar norma yang telah ditetapkan, dan setiap pelanggaran yang dilakukan dapat mendatangkan bencana nir saja kepada si pelanggar, pula pada orang lain dalam kelompoknya bahkan bagi semua masyarakat. Sehingga manusia senantiasa mentaati norma yang ada serta menjaga keselarasan hidup pada alam.
Religi yang dilakukan insan hubungannya menggunakan kenyataan alam, apabila diurutkan, maka harus memenuhi tiga faktor, yaitu :
Ketigafaktor tersebut merupakan kebiasaan pada menjalankan religi dan mempunyai nilai magis yg dianggap mempunyai kekuatan bagi yang menggunakannya. Adapun kekuatan tadi mempunyai sifat masing-masing yang disesuaikan menggunakan kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat menjadikannya menjadi ajimat yg mempunyai kekuatan gaib siap dipakai setiap waktu. Kekuatan tersebut meliputi :
a. Bersifat menghancurkan dalam bentuk kerusakan, penyakit, dan kematian;
b. Bersifat melindungi bagi yg menggunakannya baik pada menghadapi tantangan alam, gangguan serta binatang buas, maupun gangguan berdasarkan manusia lain yang bisa merongrong harta milik pribadi; dan
c, bersifat produktif, yaitu buat menghasilkan suatu barang atau jasa guna menunjang perekonomian famili tau rakyat seperti berburu, panen, minta hujan, minta jodoh, serta lain-lain.
Untuk memperjelas magis serta religi perlu pulang dipertegas yaitu: Jika insan itu disalurkan kepada suatu perilaku rohani yang mengabdi yg menghamba terhadap kekuasaan-kekuasaan atas alam, maka kita namakan religi. Sedang kata magi menyatakan kemauan buat menguasainya.
Dengan demikian, bahwa religi lebih menekankan pada penyerahan diri terhadap yg diyakini masyarakat, sedangkan magis lebih menekankan dalam bentuk dominasi tiga faktor religi, misalnya : yg bersifat menghancurkan, bersifat melindungi, dan produktif.
Pada dasarnya manusia itu hayati bagi masyarakat sederhana dianggap mempunyai serba keterbatasan dari kekuatan alam yang dianggap dahsyat, sebagai akibatnya sebagai nir berdaya terhadap hal itu, sehingga munculah keyakinan terhadap kekuatan lain yang nir mungkin dimiliki insan. Adanya ketidak mampuan misalnya di atas, maka insan mempercayai adanya kekuatan mistik yg dipercaya sanggup mengatasi, menyelematkan, atau membantu insan. Dengan demikian, bahwa adanya kepercayaan terhadap kekuatan mistik yang dibuat sudah dipercaya menjadi jalan keluar buat menjawab setiap rahasia dan tantangan alam yg terdapat disekitar manusia.
2. Agama Budaya
Di samping itu, bahwa munculnya kepercayaan budaya pada pikiran insan ditimbulkan oleh adanya getaran jiwa yg diklaim emosi keagamaan. Muncul emosi keagamaan lantaran setiam manusia pernah mengalaminya, walaupun getarannya hanya sesaat kemudian menghilang. Adanya emosi keagamaan menyebabkan manusia seolah-olah terpesona sang benda, tindakan, serta gagasan yang dipercaya memiliki kekuatan luar biasa, sebagai akibatnya dianggap memiliki nilai keramat dan dianggap kudus, kemudian mendorong manusia buat melakukan tindakan-tindakan yang bersifat religi.
Di dalam kepercayaan budaya terdapat unsur-unsur yg dipertahankan serta dilaksanakan oleh para penganutnya, yaitu :
a. Memelihara emosi keagamaan
b. Yakin dan percaya pada yg gaib
c. Melakukan acara serta upacara tertentu
d. Mempunyai sejumlah pengikut yg mentaati.
Keempat unsur tersebut saling bertautan, yang kesemuanya menurut pada kepercayaan terhadap hal yg gaib, yang ditakuti serta disayangi, yang disebut., Tuhan, Dewa, Roh, atau makhluk halus, yang bersifat jahat juga yg bersifat baik.
Pewarisan agama pada masyarakat sederhana yg asal menurut emosi keagamaan diturunkan dan diwariskan pada penerusnya melalui ungkapan, cerita berirama, dongeng-dongeng kudus, serta sebagainya. Pewarisan kepercayaan budaya seperti ini dilakukan secara ekspresi, sedangkan pada warga yang lebih maju dan sudah mengenal tulisan umumnya telah terdokumentasikan melalui tulisan di atas daun, kulit kayu, bambu, kulit hewan, bahkan kertas serta dibukukan sebagai kitab atau kitab kudus yg dikeramatkan.
Agam budaya muncul menurut output pemikiran rakyat menjadi filsafat kepercayaan yg bersangkutan, di dalamnya termasuk kepercayaan yg dianut oleh rakyat yang masih sederhana atau tradisional. Agama budaya atau Wad'i tidak mempunyai pegangan kitab suci yg berisi firman Allah dan tidak menurut dalam ajaran yg dibawa oleh para Rasul seperti dalam agama Wahyu (Baca Mengenal Agama Wahyu).
3. Ciri-ciri Agama Bumi
Berdasarkan uraian dan penjelasan mengenai kepercayaan bumi pada atas, maka karakteristik-karakteristik agama bumi dapat kita lihat merupakan sebagai berikut :
a. Konsep ketuhanannya tidak monotheis, bahkan nir jelas
b. Tidak disampaikan oleh rasul Allah menjadi utusannya,
c. Kitab suci bukan dari wahyu Tuhan,
d. Dapat berubah menggunakan terjadinya perubahan kehidupan rakyat serta penganutnya,
e. Kebenaran ajaran dasarnya tidak tahan kritik terhadap akan manusia
f. Sistem merasa serta berfikir sama menggunakan sistem merasa serta berfikir kehidupan rakyat penganutnya.
Baca selanjutnya.... Dalam Artikel.... Mengenal Agama Wahyu pada Sini !!
1. Pengertian Agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kepercayaan adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut menggunakan nama Dewa atau nama lainnya menggunakan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yg bertalian menggunakan agama tadi.
Kata "kepercayaan " dari dari bahasa Sansekerta yang berarti "tradisi" sedangkan kata lain buat menyatakan konsep ini merupakan religi yang asal menurut bahasa Latin dan asal dari kata kerja "re-ligare" yang berarti "mengikat balik ". Maksudnya menggunakan berreligi, seseorang mengikat dirinya pada Tuhan..
2. Cara-cara Beragama
Jika ditinjau berdasarkan caranya, beragama bisa dibedakan sebagai berikut :
a. Cara Tradisional, yaitu cara beragama dari tradisi. Cara ini mengikuti cara beragama nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya bertenaga pada beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama, bahkan nir terdapat minat. Dengan demikian kurang pada menaikkan ilmu amal keagamaannya.
b. Cara Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yg berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini umumnya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya dampak. Pada umumnya tidak kuat pada beragama. Praktis mengganti cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau rakyat yang berbeda menggunakan cara beragamanya. Praktis bertukar kepercayaan bila mereka memasuki lingkungan atau rakyat yg lain agamanya. Mereka terdapat minat menaikkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yg gampang serta nampak pada lingkungan masyarakatanya.
c. Cara Rasional, yaitu cara beragama dari penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha tahu dan menghayati ajaran agamanya menggunakan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka mampu berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang nir beragama sekalipun.
d. Cara Metode Pendahuluan, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan nalar dah hati (perasaan) pada bawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha tahu dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yg dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari sesembahannya semisal nNabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan serta bersabar (berpegang teguh) dengan itu seluruh.
Agama Bumi
Agama bumi dianggap pula agama wad'i (natural Religion) adalah agama yg bersumber dalam nalar, pikiran, dan perilaku insan, sebagai akibatnya diklaim jua kepercayaan budaya. Agama bumi lahir dari filsafat masyarakat, baik yang dari dari para pemimpin warga atau dari para pengajur agama yg besangkutan.
1. Karakteristik Agama Bumi
Pada mulanya, agama bumi ada di kalangan orang-orang atau masyarakat sederhana, agama ini memuat keyakinan pada sejumlah kekuatan yg ada pada luar insan menjadi tempat buat memohon petunjuk manakala mereka menghadapi saat-ketika kritis. Kekuatan-kekuatan tadi bisa saja menjadi roh orang yg sudah mati; makhluk halus yg menghuni gunung, batu akbar, pohon akbar, dalam hewan eksklusif atau segala makhluk yg tidak berwujud.
Kepercayaan terhadap makhluk-mahkluk halus tersebut dikenal menggunakan sebutan Animisme. Berbeda menggunakan agama dalam Ma'na yaitu kekuatan supernatural yg dimanifestasikan dalam individu tertentu tau dalam benda yg dipercaya memiliki kekuatan luar biasa dan keajaiban. Sampai kini , jenis kepercayaan ini dihubungkan dengan warga yg masih kolot, disebut tribal religions pada muka bumi. Setiap warga pada bagian atas bumi ini kadangkala wajib memahami, adanya kekuatan pada luar kekuatan manusi, terutama setiap fenomena alam yg terjadi pada lebih kurang kehidupannya, seperti gempa bumi, angin ribut, halilintar, hujan lebat, serta lain-lain. Kekuatan tadi bisa dianggap sebagai kekuatan mistik, karena insan nir dapat berbuat hal untuk memunculkan fenomena alam semacam itu.
Pada warga sederhana masih ada suatu keteraturan melalui nilai-nilai atau kebiasaan-norma yang dilandasi sang adanya kepercayaan bersama terhadap sesuatu yg dipercaya mistik serta bisa mempersatukan tiap bagian masyarakat. Kepercayaan bersama pada bentuk religi ini merupaka suatu pengakuan yg mengakibatkan adanya saling ketergantungan di antara warga masyarakat pada hal kepercayaan mereka. Hal ini terntu saja tidak sinkron menggunakan rakyat yg telah mengalami kemajuan. Masyarakat sederhana seperti ini mempunyai ikatan nilai dan norma yg sangat erat menggunakan berpedoman dalam religinya. Religi yang dimiliki rakyat sederhana ini nampaknya membantu terwujudnya solidarits sosial bagi mereka yg terlibat pada dalamnya.
Religi berdasarkan Emile Durkheim adalah ....suatu sistem terpadu mengenai agama-agama, praktik-praktik yang herbi benda-benda kudus ... Benda-benda khusus atau terlarang - kepercayaan dan praktik-praktik yg menyatu pada satu komunitas yg dianggap umat, semuanya yang berhubungan dengan itu.
Kegiatan yang dilakukan rakyat pada rangka kegiatan religi memerlukan suatu alat yg dianggap kudus pada bentuk simbol yang diyakini bersam yg mempunyai suatu kekuatan yang dapat mempersatukan kehidupan mereka yg diklaim Totem. Totem merupakan nama atau lambang klan itu, dan mereka percaya bahwa benda totem itu mewujudkan prinsip totem yang suci, atau apa yg disebut mana. Ternyata suatu kelompok masyarakat yg dilandasi oleh kekerabatan dalam bentuk kaln memiliki totem masing-masing yg dijadikan pengikat solidaritas sosial yg mekanik.
Emile Durkheim menyatakan bahwa totem adalah : ...simbol masyarakat yang dianggap klan. (Simbolnya) itu merupakan benderanya ...dewa klan, prinsip totemik kemudian nir dapat lain berdasarkan pada klan itu sendiri, terjelma dam terwakili pada imajinasi melalui bentuk-bentuk hewan atau sayur mayur yg bisa dilihat, yg mereka perlakukan menjadi totem.
Dengan demikian, bahwa sistem totem menjadi religi yg hidup dalam masyarakat primitif, sudah menaruh suatu keyakinan yg pada terhadap kehidupan kelompoknya, sehingga dimanapun mereka berada akan tetap bersatu dalam totem yang sama dan akan berkumpul di saat-waktu tertentu pada upacara keagamaan yang dilaksanakan oleh klannya, sehingga totem ini menjadi indera integrasi sosial ke pada bagi kehidupan rakyat.
Religi melalui totemismenya, berbeda menggunakan mentalitas sederhana (primitif), pemikiran tentang mentalitas sederhana yang dimiliki sang individu yang terdapat pada suatu kelompok masyarakat akan ditentukan oleh citra-gambaran kolektif di mana yang bersangkutan berada.
Dalam kehidupan masyarakat sederhana menegaskan bahwa eksistensi individu serta pemikirannya terhadap suatu hal tergantung dalam masyarakatnya, karena masyarakatlah yang menaruh pengetahuan dan konsep-konsep kehidupan sebagai suatu kenyataan sosial juga kenyataan alam dalam individu. Dalam hal menanggapi gambaran-citra kolektif berdasarkan suatu fenomena, bagi rakyat selalu bersifat mistis atau adanya suatu kekuatan yang supra-natural menurut setiap kejadina yang berlangsung di alam.
Religi dalam hal kepercayaan kolektif yg dimiliki warga , yaitu sama-sama adanya suatu kepercayaan yg dilandasi oleh adanya kekuatan supra-natural yang dihasilkan oleh fenomena alam yg timbul di lingkungan kehidupan rakyat sederhana, lalu ditanggapinya menjadi suatu citra kolektif serta yakini bersama, keduanya menekankan bahwa kehidupan masyarakat akan menentukan keberadaan individu, begitu jua bahwa religi yang dianut individu menjadi output berdasarkan keyakinan yang dianut beserta pada rakyat.
Adapula pendapat bahwa religi timbul dimulai dari adanya magic melalui pengobatan-pengobatan yang dilakukan oleh dukun terhadap setiap masyarakat masyarakat yg sakit. Kesembuhan dari adanya sakit tersebut sebagai suatu pertolongan yang dilakukan oleh roh leluhur masyarakat yang membantu serta melindungi warganya melalu perantaraan dukun yg bersangkutan. Dukun sihir memberikan keyakinan terhadap rakyat akan adanya kekuatan ghaib yang dimilikinya, terutama pada hal pengobatan dampak adanya gangguan-gangguan dari makhluk lain. Religi yg ada pada kehidupan masyarakat nir tanggal berdasarkan adanya simbol religi.
Dalam hal ini terdapat keselarasan antara dukun yang mengobati dengan pasien melalui mitos dan kasi yg dilakukan sang keduanya. Munculnya mitos dalam kehidupan warga selalu dihubungkan dengan keadaan masa kemudian yg penuh menggunakan kepahlawanan dan mitos ini memberikan jalan keluar daei keadaan yang stress. Mitos pada kehidupan rakyat tidak terlepas dari adanya suatu keyakinan akan peristiwa-kejadian pada masa lampu yg belum tentu kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan, namun adanya keyakinana rakyat akan adanya religi yang mempercayai mitos tentu mempunyai tingkatan yg lebih tinggi dibandingkan menggunakan pengertian religi sebelumnya.
Kembali kita memahami akan kemunculan religi yang hayati pada warga sederhana atau primitif, nir lain lantaran adanya fenomena alam, diluar jangkauan serta keterbatasan pemikiran insan pada menjawab fenomena tersebut, sebagai akibatnya mereka menganggap adanya kekuatan dahsyat yang nir dapat ditaklukan sang kekuatan manusia. Hal itu sebagai kekuatan supra-natural, sehingga wajib dihormati dan dipuja supaya memberikan perlindungan dan berkah bagi manusia dan masyarakatnya.
Pada hakikatnya tindakan hal-hal mistik ini adalah penyempurnaan bagi bisnis-bisnis biasa dari insan. Ternyata agama terhadap hal-hal yg gaib pada luar jangkauan manusia merupakan kekuatan menjadi penyelaras hubungan manusia dengan alam dan sebagai pengawas terhadap tingkah laku insan dengan sesamanya juga dengan alam melalui kebiasaan-kebiasaan yg dihasilkannya, baik dalam bentuk anjuran, keharusan, juga embargo.
Manusia memiliki rasa takut jika melanggar norma yang telah ditetapkan, dan setiap pelanggaran yang dilakukan dapat mendatangkan bencana nir saja kepada si pelanggar, pula pada orang lain dalam kelompoknya bahkan bagi semua masyarakat. Sehingga manusia senantiasa mentaati norma yang ada serta menjaga keselarasan hidup pada alam.
Religi yang dilakukan insan hubungannya menggunakan kenyataan alam, apabila diurutkan, maka harus memenuhi tiga faktor, yaitu :
- alat-indera yg dipergunakan, pada bentuk wujud yg dicita-citakan individu atau warga menjadi lambang menurut suatu kepercayaan eksklusif;
- cara pada melakukan ritual yang herbi religi, Ritual menjadi upacara keagamaan senantiasa dilakukan buat menghormati yang warga puja, baik terhadap roh nenek moyang, ilahi, ataupun totem yg menaruh kehidupan bagi mereka; dan
- Mantera-mantera yg diciptakan menjadi penguat keyakinan mereka terhadap hal-hal yang dipercaya gaib. Mantera ini pada masyarakat bisa saja pada bentuk karya sastra yang berfungsi juga sebagai mantera penyembuh, mantera pesugihan, matera penolak bala, matera kesuburan dan lain-lain.
Ketigafaktor tersebut merupakan kebiasaan pada menjalankan religi dan mempunyai nilai magis yg dianggap mempunyai kekuatan bagi yang menggunakannya. Adapun kekuatan tadi mempunyai sifat masing-masing yang disesuaikan menggunakan kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat menjadikannya menjadi ajimat yg mempunyai kekuatan gaib siap dipakai setiap waktu. Kekuatan tersebut meliputi :
a. Bersifat menghancurkan dalam bentuk kerusakan, penyakit, dan kematian;
b. Bersifat melindungi bagi yg menggunakannya baik pada menghadapi tantangan alam, gangguan serta binatang buas, maupun gangguan berdasarkan manusia lain yang bisa merongrong harta milik pribadi; dan
c, bersifat produktif, yaitu buat menghasilkan suatu barang atau jasa guna menunjang perekonomian famili tau rakyat seperti berburu, panen, minta hujan, minta jodoh, serta lain-lain.
Untuk memperjelas magis serta religi perlu pulang dipertegas yaitu: Jika insan itu disalurkan kepada suatu perilaku rohani yang mengabdi yg menghamba terhadap kekuasaan-kekuasaan atas alam, maka kita namakan religi. Sedang kata magi menyatakan kemauan buat menguasainya.
Dengan demikian, bahwa religi lebih menekankan pada penyerahan diri terhadap yg diyakini masyarakat, sedangkan magis lebih menekankan dalam bentuk dominasi tiga faktor religi, misalnya : yg bersifat menghancurkan, bersifat melindungi, dan produktif.
Pada dasarnya manusia itu hayati bagi masyarakat sederhana dianggap mempunyai serba keterbatasan dari kekuatan alam yang dianggap dahsyat, sebagai akibatnya sebagai nir berdaya terhadap hal itu, sehingga munculah keyakinan terhadap kekuatan lain yang nir mungkin dimiliki insan. Adanya ketidak mampuan misalnya di atas, maka insan mempercayai adanya kekuatan mistik yg dipercaya sanggup mengatasi, menyelematkan, atau membantu insan. Dengan demikian, bahwa adanya kepercayaan terhadap kekuatan mistik yang dibuat sudah dipercaya menjadi jalan keluar buat menjawab setiap rahasia dan tantangan alam yg terdapat disekitar manusia.
2. Agama Budaya
Di samping itu, bahwa munculnya kepercayaan budaya pada pikiran insan ditimbulkan oleh adanya getaran jiwa yg diklaim emosi keagamaan. Muncul emosi keagamaan lantaran setiam manusia pernah mengalaminya, walaupun getarannya hanya sesaat kemudian menghilang. Adanya emosi keagamaan menyebabkan manusia seolah-olah terpesona sang benda, tindakan, serta gagasan yang dipercaya memiliki kekuatan luar biasa, sebagai akibatnya dianggap memiliki nilai keramat dan dianggap kudus, kemudian mendorong manusia buat melakukan tindakan-tindakan yang bersifat religi.
Di dalam kepercayaan budaya terdapat unsur-unsur yg dipertahankan serta dilaksanakan oleh para penganutnya, yaitu :
a. Memelihara emosi keagamaan
b. Yakin dan percaya pada yg gaib
c. Melakukan acara serta upacara tertentu
d. Mempunyai sejumlah pengikut yg mentaati.
Keempat unsur tersebut saling bertautan, yang kesemuanya menurut pada kepercayaan terhadap hal yg gaib, yang ditakuti serta disayangi, yang disebut., Tuhan, Dewa, Roh, atau makhluk halus, yang bersifat jahat juga yg bersifat baik.
Pewarisan agama pada masyarakat sederhana yg asal menurut emosi keagamaan diturunkan dan diwariskan pada penerusnya melalui ungkapan, cerita berirama, dongeng-dongeng kudus, serta sebagainya. Pewarisan kepercayaan budaya seperti ini dilakukan secara ekspresi, sedangkan pada warga yang lebih maju dan sudah mengenal tulisan umumnya telah terdokumentasikan melalui tulisan di atas daun, kulit kayu, bambu, kulit hewan, bahkan kertas serta dibukukan sebagai kitab atau kitab kudus yg dikeramatkan.
Agam budaya muncul menurut output pemikiran rakyat menjadi filsafat kepercayaan yg bersangkutan, di dalamnya termasuk kepercayaan yg dianut oleh rakyat yang masih sederhana atau tradisional. Agama budaya atau Wad'i tidak mempunyai pegangan kitab suci yg berisi firman Allah dan tidak menurut dalam ajaran yg dibawa oleh para Rasul seperti dalam agama Wahyu (Baca Mengenal Agama Wahyu).
3. Ciri-ciri Agama Bumi
Berdasarkan uraian dan penjelasan mengenai kepercayaan bumi pada atas, maka karakteristik-karakteristik agama bumi dapat kita lihat merupakan sebagai berikut :
a. Konsep ketuhanannya tidak monotheis, bahkan nir jelas
b. Tidak disampaikan oleh rasul Allah menjadi utusannya,
c. Kitab suci bukan dari wahyu Tuhan,
d. Dapat berubah menggunakan terjadinya perubahan kehidupan rakyat serta penganutnya,
e. Kebenaran ajaran dasarnya tidak tahan kritik terhadap akan manusia
f. Sistem merasa serta berfikir sama menggunakan sistem merasa serta berfikir kehidupan rakyat penganutnya.
Baca selanjutnya.... Dalam Artikel.... Mengenal Agama Wahyu pada Sini !!