-->

SAMBUTAN MENDIKBUD PADA PERINGATAN HARI AKSARA INTERNASIONAL KE50 TAHUN 2019

bendera_indonesia%2Bgrd.jpg
Sambutan Mendikbud Pada Peringatan Hari Aksara Internasional Ke-50 Tahun2019
Sehubungan menggunakan peringatan Hari Aksara Internasional ke-50 ini, sambutan resmi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Peringatan Hari Aksara Internasional Tanggal 24 Tahun2019, selengkapnya menjadi berikut :
Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi, Salam sejahtera buat kita semua
Ibu serta Bapak hadirin yang aku hormati,
Mengawali sambutan ini, marilah kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, atas perkenan rahmat dan hidayahNya, sehingga kita seluruh masih dikaruniai kesehatan, kekuatan serta kesempatan buat terus melanjutkan darma kita pada bangsa dan negara tercinta.
Izinkan aku memulai pembicaraan menggunakan bertanya sebuah hal sederhana. “Berapa banyak penduduk kita yang sanggup membaca ketika para pendiri Republik menyatakan kemerdekaan?”
Pada waktu kita menggunakan lantang berteriak merdeka, lebih menurut 90 persen penduduk kita bahkan tak sanggup menuliskan namanya sendiri. Maka bayangkan ketika Bung Karno menyampaikan, “Beri saya sepuluh pemuda!” boleh jadi 9 berdasarkan 10 pemuda tadi tidak sanggup mengeja namanya.
Fakta itu boleh jadi mencengangkan, akan tetapi apa yg para pendiri Republik ini lakukan jauh lebih mencengangkan.
Usaha melawan ketidakterdidikan sudah para pendiri Republik ini gaungkan bahkan sebelum Republik ini menyatakan kemerdekaannya. Ki Hadjar Dewantara dalam “Rapat Panitia Adat serta Tatanegara Dahulu” sebelum proklamasi mengatakan, “Sebenarnya dari pihak warga sendiri telah sejak usang nampak bisnis hendak memberantas buta huruf pada kalangan masyarakat ini.”
Ki Hadjar kemudian mencontohkan berdasarkan Kongres Putri hingga Rukun Tani melakukan aktivitas pedagogi membaca. Kesadaran akan pentingnya membaca bukan datang-tiba hadir hari-hari ini, dia lahir bahkan sebelum proklamasi kita canangkan.
Ikhtiar itu terus kita bawa jauh selesainya proklamasi. Saya jangan lupa sebuah foto Bung Karno pada depan spanduk saat beliau bicara di Yogyakarta. Tulisan pada spanduk itu tak seperti biasa. Spanduk itu dimulai dengan sebuah istilah, “Bantulah”. Lengkapnya “Bantulah bisnis pemberantasan buta-huruf !”.
Pemerintah membuka tangannya buat berhubungan. Mengajak berkolaborasi. Hasilnya dahsyat!
Gerakan Pemberantasan Buta Huruf (PBH) yang Bung Karno canangkan menjadi gerakan semesta pada lebih dari 18 ribu tempat, melibatkan lebih berdasarkan 17 ribu pengajar dan lebih kurang 700 ribu murid. Sampai tahun 1960 Bung Karno menegaskan bahwa Indonesia wajib terbebas dari buta alfabet . Republik ini lalu berubah menjadi dari tak terdidik sebagai terdidik.
asan Buta Huruf (PBH) yang Bung Karno canangkan sebagai gerakan semesta pada lebih berdasarkan 18 ribu tempat, melibatkan lebih berdasarkan 17 ribu guru serta kurang lebih 700 ribu murid. Sampai tahun 1960 Bung Karno menegaskan bahwa Indonesia harus terbebas dari buta huruf. Republik ini kemudian berkembang menjadi menurut tak terdidik sebagai terdidik.
Hadirin yg berbahagia,
Pekerjaan rumah bukan berarti sudah terselesaikan. Bung Karno serta semua elemen rakyat sudah mengantar kita pada gerbang keberaksaraan. Tapi, tugas tak selesai hingga di sini.
Pada tahun 2010 penduduk Indonesia usia 15-59 tahun yang melek aksara lebih kurang 95,21 %. Angka ini lalu naik dalam tahun2019 sebagai sebesar 96,tiga persen. Angka tersebut menampakan keberhasilan kita memenuhi sasaran Deklarasi Dakar tentang Pendidikan Untuk Semua (PUS) atau Education for All (EFA) bahwa Indonesia bisa menurunkan separuh penduduk tuna aksara sebagai kurang berdasarkan 5 persen pada2019. Tapi angka itu juga berarti masih ada lebih kurang lima,9 juta orang yang belum mampu mengeja serta menulis namanya sendiri.
Saat ini tercatat sebanyak 8 provinsi yg persentase tuna aksaranya masih di atas 5 persen. Angka-nomor itu bukan sekadar formasi statistik buta huruf. Angka itu memberi pesan nyaring belum seluruh warga negeri ini mampu menuliskan “Indonesia” dalam secarik kertas.
Tantangan aksara bukan sekadar mampu membaca, tantangan keberaksaraan lebih besar menurut itu. Apabila kita lihat dalam konteks itu, maka sanggup jadi nomor “buta aksara” kita masih mengkhawatirkan.
Taufik Ismail, galat satu sastrawan kita, dalam ketika mendapat Habibie Award tahun 2007 berkata bahwa kita masih diselimuti oleh “Generasi Nol Buku”. Generasi yang tak membaca satu pun kitab pada satu tahun. “Generasi yg rabun membaca serta lumpuh menulis.”
Kekhawatiran Taufik Ismail itu bukan kekhawatiran kosong belaka, sastrawan akbar kita Buya Hamka pernah mengungkapkan, “Setiap insan perlu membaca buku, karena pena seseorang nir akan berisi bila sekiranya beliau kurang membaca”.
Pernyataan Taufik Ismail dan Buya Hamka misalnya sebuah lonceng atas data Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2012 yg menyatakan bahwa kemampuan literasi (membaca dan menulis) anak didik Indonesia jauh tertinggal. Indonesia jauh tertinggal.
Maka tugas kita kentara, “Generasi Nol Buku” ini wajib kita ubah!
Keberaksaraan bukan sekadar mengubah yg tidak bisa membaca menjadi sanggup membaca, namun jua mendorong yang mampu membaca buat terus membaca. Menjadi generasi yg menjelajah lewat aksara yg dia baca. Pertanyaan besarnya adalah bagaimana kita bersama akan mengubah keadaan “Generasi Nol Buku” ini?
Ibu dan Bapak yang saya hormati,
Gerakan Pemberantasan Buta Huruf (PBH) yang Bung Karno dan seluruh elemen masyarakat lakukan beberapa dekade silam sesungguhnya bukan hanya sebuah usaha mengurangi angka buta aksara. Gerakan ini mengirimkan satu pesan tegas pada kita semua.
Secara konstitusional pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah, tapi secara moral pendidikan adalah tanggung jawab setiap orang yg terdidik. Maka kita wajib mengubah perspektif dalam mendorong kualitas keberaksaraan kita. Meningkatkan keberaksaraan adalah gerakan beserta.
Pemerintah dalam hal ini Kemdikbud terus berikhtiar menaikkan kualitas keberaksaraan kita. Kita pula mendorong akselerasi program keberaksaraan dalam wilayah-wilayah yang memiliki nomor tuna aksara tinggi. Melalui “Afirmasi Pendidikan Keaksaraan Untuk Papua” (APIK PAPUA) kita melakukan percepatan peningkatan keberaksaan di daerah Papua.
Ikhtiar buat menaikkan keberaksaraan jua kita lakukan melalui Permendikbud No. 23 tahun2019 mengenai Penumbuhan Budi Pekerti (PBP). Salah satu poin utama pada Permendikbud tersebut merupakan semua warga sekolah baik siswa, guru, tenaga pendidikan, dan kepala sekolah wajib membaca kitab selain kitab teks pelajaran selama 15 mnt sebelum hari pembelajaran.
Tujuannya jelas yakni menggiatkan budaya membaca dan menghapus “Generasi Nol Buku”. Tantangan keberaksaraan kita sekarang tentu tidak selaras dengan tantangan saat kemerdekaan. Kita tidak hayati pada ruang vakum, maka persaingan dan tantangan era ini jua penting buat kita jawab.
Salah satu kompetensi yg perlu kita dorong merupakan insan Indonesia yang memiliki kompetensi global menggunakan pemahaman akar rumput. Kemampuan berbahasa serta keberaksaraan merupakan kendaraan bagi kita buat menjawab kebutuhan insan Indonesia masa depan.
Maka salah satu kompetensi yg wajib kita siapkan merupakan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi buat pergaulan di level dunia serta akar rumput. Minimal terdapat 3 bahasa yang harus kita kuasai yakni Bahasa Indonesia, bahasa internasional, dan bahasa daerah.
Saya sengaja menggunakan kata bahasa internasional bukan sekadar Bahasa Inggris lantaran ini sangat tergantung menggunakan komunitas internasional mana yang sinkron dengan kebutuhan masing-masing orang. Lewat bahasa internasional kita berkawan menggunakan komunitas global. Melalui bahasa daerah adalah kita memahami ragam kultur daerah, memahami akar rumput kita, berdasarkan mana kita dari.
Menjawab tantangan keberaksaraan pada era ini tentu tak mampu kita lakukan dalam satu dua malam. Perlu kerja ekstra keras dan konsisten berdasarkan setiap kita buat mewujudkannya. Tugas kita beserta bukan meratapi keadaan yg terdapat, tugas kita bersama menjadi bagian berdasarkan solusi!
Ibu serta Bapak hadirin yang aku hormati, irin yang saya hormati,
Tentu berakibat keberaksaraan sebagai gerakan bersama adalah ikhtiar kita beserta. Yang perlu kita jawab beserta adalah apa saja langkah-langkah konkret yang sanggup kita lakukan buat menaikkan keberaksaraan?
Setiap orang bisa ikut berkontribusi menggunakan langkah-langkah konkret berikut adalah:
Pertama, setiap orangtua perlu mengenalkan aksara semenjak dini. Mengenalkan aksara bukan berarti langsung kita mulai menggunakan mengajarkan membaca serta menulis.
Perkenalan pertama anak-anak kita dalam aksara merupakan dengan merangsang ketertarikannya pada bacaan. Orangtua mampu membacakan cerita buat anak-anaknya. Praktik baik yang bisa kita lakukan adalah dengan memberikan alokasi ketika spesifik membacakan cerita buat anak.
Membacakan cerita mungkin terkesan sederhana. Tapi dari sana anak-anak kita akan berimajinasi. Ia akan memahami bahwa lewat aksara dirinya sanggup mengenal global.
Kedua, sekolah perlu membuka diri menjadi agen perubahan keberaksaraan. Bagaimana caranya? Caranya merupakan dengan berkolaborasi beserta masyarakat lebih kurang untuk mengelola kegiatan membaca baik pada perpustakaan atau fasilitas membaca yang telah terdapat.
Perpustakaan sekolah perlu lebih terbuka menggunakan menaruh akses dalam rakyat kurang lebih buat ikut membaca serta beraktivitas pada sana. Warga kurang lebih pula sanggup berperan aktif menghidupkan perpustakaan dengan ikut bertukar bacaan, mengadakan kegiatan literasi bersama siswa serta guru pada sekolah dengan melibatkan pegiat sastra lokal.
Lewat keterbukaan serta kolaborasi itu sekolah dan masyarakat pula bisa ambil kiprah menggunakan sebagai balai pemberantasan buta aksara. Pengajar, ketua sekolah, warga , atau siswa berkolaborasi menggunakan pemangku kepentingan wilayah mampu bergantian mengajar membaca bagi masyarakat yg belum mampu baca tulis.
Perpustakaan dan sekolah yang lebih terbuka serta bersahabat adalah langkah penting menumbuhkan kecintaan aksara pada lingkungan kita. Perpustakaan boleh sederhana, tapi kegiatan pada dalamnya membuat manfaat bagi banyak masyarakat!
Untuk guru, saya berpesan satu hal, jadilah inspirator membaca. Apabila pengajar aktif membaca maka muridnya pasti getol membaca! Tugas kita merupakan menyebabkan serta menumbuhkan kecintaan membaca. Kebiasaan membaca tumbuh lantaran kecintaan bukan karena paksaan.
Ketiga, ambil kiprah aktif dalam aktivitas menulis. Membaca dan menulis merupakan padu padan roda peradaban. Lewat membaca, insan menjelajah global tanpa batas, menggunakan menulis penjelajahan tersebut akan kita lestarikan.
Maka semua masyarakat sekolah perlu mengaktifkan kegiatan menulis. Aktifkan majalah dinding sekolah, untuk resensi atas buku yang warga sekolah baca, serta latih kemampuan menulis baik menggunakan praktik langsung atau melalui diskusi-diskusi sederhana pada sekolah.
Upaya-upaya tadi adalah praktik-praktik sederhana yang bisa kita lakukan. Kita percaya bahwa masingmasing kita punya beragam praktik baik yang sanggup sebagai inspirasi.
Saya minta bagikan serta ceritakan praktik baik keberaksaraan yg sudah ibu dan bapak lakukan. Biarkan praktik baik itu jadi pandangan baru buat menaikkan keberaksaraan pada titik-titik penjuru negeri ini!
Ibu serta Bapak hadirin yang aku hormati,
Pada kesempatan yang berbahagia ini, izinkan Saya menyampaikan rasa prihatin kepada warga Indonesia yang tengah mengalami musibah bencana asap akibat kebakaran hutan di beberapa daerah dibumi kita tercinta ini. Sesuai pesan Bapak Presiden RI, Kepada para Kepala Daerah yang wilayahnya terdampak bencana asap, beserta Forum Komunikasi Pimpinan Daerah harus aktif terjun pribadi ke lapangan memimpin pengendalian kebakaran serta mengatasi imbas kabut asap.
Bila kualitas udara telah melebihi angka toleransi, Presiden RI menginstruksikan kepada Mendikbud supaya menghentikan kegiatan pendidikan dan menyesuaikan baku pendidikan yang terhenti tadi.
Presiden menggarisbawahi bahwa kebakaran hutan ini merupakan kasus kita bersama. Untuk itu, Presiden mendukung banyak sekali bentuk inisiatif gerakan pada rakyat untuk terlibat eksklusif dalam memadamkan api juga dalam mengatasi efek kabut asap.
Ibu serta Bapak hadirin yang aku hormati,
Akhirnya menjadi epilog sambutan ini, Saya mengungkapkan terima kasih dan apresiasi kepada Gubernur Jawa Barat dan Bupati Karawang dan semua rakyat Jawa Barat yang telah bersedia menjadi tuan tempat tinggal penyelenggaraan Hari Aksara Internasional Tingkat Nasional Tahun2019.
Saya ucapkan selamat serta penghargaan pada para Gubernur/Bupati/Walikota yang menerima Anugerah Aksara tahun ini, atas komitmen yang tinggi pada menurunkan angka tuna aksara di wilayahnya. Ucapan selamat pula kepada para pimpinan forum/organisasi penyelenggara acara PAUD dan Dikmas yg meraih kampiun lomba satuan PNF berprestasi, yang sudah ikut mensukseskan gerakan nasional percepatan penuntasan tuna aksara serta gerakan berkolaborasi menggunakan rakyat.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala upaya serta bisnis kita pada mencerdaskan kehidupan bangsa sinkron menggunakan hasrat kemerdekaan kita.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Karawang, 24 Oktober2019
Menteri Pendidikan serta Kebudayaan,
ANIES BASWEDAN

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "SAMBUTAN MENDIKBUD PADA PERINGATAN HARI AKSARA INTERNASIONAL KE50 TAHUN 2019"

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel