-->

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS FBC DI KESETARAAN

Zona bucin---starategi serta model baru pada kegiatanpenyelenggaraan kegiatan pembelajaran dalam pendidikan kesetaraan menggunakan memanfaatkan media pembelajaraninteraktif berbasis FBC (Facebook,Bloger dan Content)Model Drill dan Practice untuk lebih menaikkan motivasi dan menarik minat belajar rakyat belajar. Konsep ini dikembangkan atas dasarasumsi bahwa proses komunikasi pada dalam pembelajaran akan lebih bermakna(menarik minat masyarakat belajar dan memberikan kemudahan buat tahu materikarena penyajian yg interaktif), apabila memanfaatkan banyak sekali media sebagaisaran penunjang aktivitas pembelajaran. Dari segi pengertian media pembelajaraninteraktif di sini bisa diartikan sebagai kombinasi banyak sekali unsur media yangterdiri dari teks, grafis, foto, animasi, video, dan suara yg disajikansecara interaktif dalam media pembelajaran.

Secara mendasar pengembangan media pembelajaran interaktif, berbasis FBC model Drill serta Practice pada pendidikan kesetaraan ini dapat melalui tahapan serta langkah-langkah yang sistematis. Dalam kitab Tip dan Trik Pembuatan Multimedia Pembelajaran Interaktif (Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Atas, 2006), secara prosedural langkah-langkah pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif dapat digambarkan menjadi berikut:

Multimedia, desain pembelajaran, prosedur pembelajaran multimedia


Langkah-langkah pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif ini dimulai dari analisis kebutuhan, dilanjutkan dengan pemilihan topik, penyusunan garis akbar isi, penulisan naskah, pelaksanaan produksi, penilaian dan revisi, serta finalisasi. 

Dalam menganalisis kebutuhan ada hal-hal yg perlu diperhatikan, diantaranya :

  1. Melakukan analisis terhadap tuntutan kurikulum (SKL, SK, KD, indikator).
  2. Melakukan analisis terhadap kebutuhan pada lapangan.
  3. Melakukan analisis potensi ICT untuk pemecahan masalah/ kebutuhan pembelajaran.
  4. Analisis kebijakan.
  5. Membubuhkan indikasi daftar materi
  6. final.
  7. Mendokumentasikan daftar materi final pada bentuk hard copy dan soft copy.
Sedangkan pada pada mengidentifikkasi topik, kitaperhatikan :
- Menyusun daftar topic berdasarkan output analisis
- Menentukan tim penulis, pengkaji materi danpengkaji media
- Menentukan skala prioritas topic
- Menugaskan tim penulis, pengkaji materi, danpengkaji media
- Membubuhkan pertanda prioritas topik final
- Mendokumentasikan topik final dalam bentuk hardcopy dan soft copy.

Setelah mengidentifikasi topik yang akan diangkat selanjutnya kita menyusun garis akbar isi multimedia pembelajaran interaktif, mulai berdasarkan penyusunan peta materi, peta kompetensi, GBIM dan JM. Berdasarkan garis besar isi multimedia pembelajaran interaktif barulah penulisan naskah dilaksanakan mulai berdasarkan :
_ Menetapkan format penulisan naskah
_ Menentukan tim penulis naskah, pengkaji materi,dan pengkaji media
_ Menugaskan penulisan naskah dan pengkajian
_ Menyusun flowchart
_ Melakukan pengkajian terhadap flowchart
_ Melakukan perbaikan flowchart sinkron output kajian
_ Melakukan penulisan naskah
_ Melakukan pengkajian terhadap naskah
_ Melakukan pemugaran naskah sinkron hasil kajian
_ Membubuhkan indikasi naskah final
_ Mendokumentasikan naskah final pada bentuk hardcopy serta soft copy

Esensi dari multimedia pembelajaran interaktifmerupakan penyusunan serta memproduksi multimedia pembelajaran interaktif, dandievaluasi dan dikaji ulang apakah sinkron untuk diterapkan dalampembelajaran. Bagian akhir pada penyusunan multimedia pembelajaran interaktifadalah finalisasi, yang merupakan proses penerapan multimedia pembelajaraninteraktif di Kelompok-gerombolan Belajar menggunakan mengupload lewat Facebook atauweblog yang telah disediakan .

Langkah-langkah yg lebih rinci menurut prosespengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif dapat ditinjau dalam baganberikut ini.

Bagan proses penulisan naskah, asal Koesnandar 2006
Selanjutnya, proses produksi Multimedia Pembelajaran Interaktif juga adalah suatu daur yang berkelanjutan menjadi digambarkan pada bagan berikut ini ;

Bagan proses produksi MPI, asal Koesnandar 2006


C. Dampak MediaPembalajaran Interaktif terhadap warga belajar



Tidak dapat disangkal bahwa terpaan teknologi berupa aplikasi (software) maupun perangkat keras (hardware) sudah sekian menyatu menggunakan kehidupan insan modern. Dalam bidang pembelajaran, kehadiran media pembelajaran misalnya telah dirasakan poly membantu tugas tutor pada mencapai tujuan pembelajarannya. Dalam era teknologi serta keterangan ini, pemanfaatan kecanggihan teknologi buat kepentingan pembelajaran sudah bukan adalah hal yg baru lagi. Salah satu media pembelajaran baru yang akhir-akhir ini semakin menggeserkan peranan tutor hayati merupakan teknologi multimedia yang tersedia melalui perangkat komputer. Dengan teknologi ini, kita mampu belajar apa saja, kapan saja dan pada mana saja. 

Di Indonesia, meskipun teknologi ini belum dipakai secara luas tetapi cepat atau lambat teknologi ini akan diserap jua ke pada sistem pembelajaran di sekolah. Dalam goresan pena ini akan dikemukakan beberapa masalah yang ada sebagai dampak berdasarkan diterapkannya teknologi ini dalam latar pendidikan. Pertama, berkaitan menggunakan orientasi filosofis. Ada dua masalah orientasi filosofis yg ada akibat penerapan teknologi multimedia ini yakni kasus yg berasal menurut pandangan kaum objektivis serta yg asal menurut pandangan kaum konstruktivis. Kaum objektivis menilai desainmultimedia menjadi sesuatu yang sangat riil yg dapat membantu pendidikan warga belajar menuju kepada tujuan yang dih arapkan (Jonassen, 1991). Materi yang berwujud pengetahuan atau ketrampilan yg hendak dicapai sang warga belajar harus dibuat secara jadi sang para pengembang instruksional dan dikemas pada teknologi multimedia ini. Sebaliknya kaum konstruktivis berpendapat bahwa pengetahuan hendaklah dibentuk oleh rakyat belajar sendiri dari penafsirannya terhadap pengalaman serta tanda-tanda hidup yan dialami (Merril, 1991). 

Belajar merupakan suatu interpretasi personal terhadap pengalaman serta fenomena hidup yg dialami. Berdasarkan pandangan ini maka belajar bersifat aktif, kolaboratif dan terkondisi dalam konteks dunia yang riil. Kedua, herbi lingkungan belajar. Lingkungan belajar multimedia interaktif bisa dikategorikan dalam 3 jenis yakni lingkungan belajar preskriptif, demokratis serta sibernetik (Schwier, 1993). Masing-masing lingkungan belajar memiliki orientasi dan kekhasan sendirisendiri. Lingkungan preskriptif menekankan bahwa prestasi belajar adalah pencapaian berdasarkan tujuan-tujuan belajar yg ditetapkan secara eksternal. Interaksi belajar terjadi antara warga belajar dengan bahan-bahan belajar yg sudah tersedia dan belajar merupakan suatu kegiatan yang bersifat prosedural. Lingkungan belajar demokratis menekankan kontrol proaktif masyarakat belajar atas proses belajarnya sendiri, yang mencakup penetapan tujuan otodidak, kontrol rakyat belajar terhadap urutan-urutan pembelajaran, hakekat pengalaman dan kedalaman materi belajar yg dicarinya. Sedangkan lingkungan belajar sibernetik menekankan saling ketergantungan antara sistem belajar serta rakyat belajar. Ketiga, berhubungan dengan desain instruksional. Pada umumnya, desain pembelajaran multimedia dibentuk menurut akbar kecilnya kontrol masyarakat belajar atas pembelajarannya. Sebagian akbar peneliti menyampaikan bahwa masyarakat belajar bisa diberdayakan melalui kontrol yang lebih besar atas belajarnya tetapi masyarakat belajar bisa pula dihambat melalui kontrol atas belajarnya. Dalam lingkungan yg demokratis dan sibernetik, aktivitas pembelajaran multimedia bervariasi dan tersedia buat masyarakat belajar dalam ketika kapan saja dan pada banyak sekali bentuk sebagai akibatnya sanggup mernuaskan kebutuhan-kebutuhan yg ditetapkan rakyat belajar sendiri. Dalam lingkungan belajar preskriptif, kontrol eksternal nampaknya dipaksakan selama tahap awal belajar dan semakin berkurang ketika sudah terlihat kemajuan yang berarti pada diri masyarakat belajar berupa perubahan perilaku kearah yang diperlukan. Keempat, berkaitan dengan umpan pulang. Sifat berdasarkan umpan kembali dalam pembelajaran multimedia sangat bervariasi tergantung dalam lingkungan dimana multimedia itu digunakan. 

Dalam lingkungan belajar preskriptif, umpan kembali seringkali mengambil bentuk koreksi serta deteksi terhadap kesalahan yg dibuat. Dalam lingkungan belajar demokratis, umpan balik sering merogoh bentuk nasehat atau anjuran, yakni sekedar pemberitahuan pada masyarakat belajar mengenai dampak-akibat yang timbul menurut suatu pilihan tertentu atau juga berisi rekomendasi. Dalam lingkungan belajar sibernetik, umpan pulang adalah suatu negosiasi atau perundingan . Warga belajar tetapkan arah atau petunjukn sendiri dan menciptakan pilihannya sendiri serta sistem belajar akan berusaha mengusut pola-pola yang muncul sehubungan dengan kebutuhan rakyat belajar itu dan menaruh respon terhadap warga belajar menggunakan menyediakan tantangantantangan baru. Kelima, sifat sosial berdasarkan jenis pembelajaran ini. 

Banyak kritik telah dilontarkan terhadap pembelajaran multimedia sebagai pembelajaran yang bersifat isolatif sehingga bertentangan menggunakan tujuan sosial menurut sekolah. Warga belajar seolah-olah dikondisikan buat menjadi individualis-individualis dan kontak sosial dengan teman-sahabat menjadi sesuatu yang asing. Itulah beberapa perkara yg perlu diantisipasi apabila suatu saat nanti sekolah memutuskan buat menggunakan tekonologi multimedia dalam aktivitas pembelajarannya. Apapun teknologi yang akan digunakan hendaknya memperhatikan aspek-aspek tujuan pendidikan yg lebih luas seperti aspek psikologis, sosial, moral, pada samping aspek kognitif-intelektualnya. Salah satu bisnis yang dikembangkan buat mengantisipasi sejumlah potensi masalah di atas maka akhir-akhir ini perhatian pendidik mulai diarahkan pada belajar kooperatif dalam pembelajaran multimedia (Klien dan Pridemore, 1992). 

Hooper (1992) memperluas pendekatan belajarkooperatif ini pada lingkungan belajar yg berbasis personal komputer . Ia mengemukakanbeberapa keuntungan dan penerapan belajar kooperatif dalam pembelajaran multimediaantara lain :

1) adanya ketergantungan serta tanggung jawab darisetiap anggota grup.
2) Adanya hubungan yg promotif di mana usahaseorang individu akan mendukung bisnis anggota grup lainnya.
3) Kesempatan latihan untuk bekerjasama.
4) Pengembangan serta pemeliharaan grup. Proseskelompok yg terjadi pada pada lingkungan belajar ini mampu mendorong anggotakelompok buat merefleksikan efektif atau tidaknya strategi yang dipakai.

D.  PeningkatanKualitas Pembalajaran Dengan Media pembelajaran interaktif, berbasis FBC contoh Drill serta Practice padaPendidikan Kesetaraan


Perbaikan kualitas pendidikan diarahkan pada peningkatan kualitas proses pembelajaran, pengadaan buku paket serta buku bacaan atau buku surat keterangan, serta indera-alat pendidikan/pembelajaran. Peningkatan kualitas proses pembelajaran dilakukan melalui in-service training tutor yang sasarannya adalah meningkatkan penguasaan landasan kependidikan, materi pembelajaran (subject matter), metode dan taktik mengajar, pembuatan serta penggunaa indera pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. 

Tutor memegang peran krusial dan strategis pada proses pembelajaran. Proses pembelajaran sebagai suatu aktivitas buat menaikkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap rakyat belajar berkaitan eksklusif dengan kegiatan tutor, baik di sekolah juga di luar sekolah. Sebagai suatu sistem aktivitas, proses pembelajaran selalu melibatkan tutor. Keterlibatan tutor tadi mulai menurut pemilihan serta pentutortan materi pembelajaran, penerapan dan penggunaan metode pembelajaran, penyampaian materi pembelajaran, pembimbingan belajar, hingga pada kegiatan pengevaluasian hasil belajar. 

Berkaitan dengan kiprah tersebut, suatu proses pembelajaran akan berlangsung secara baik apabila dilaksanakan oleh tutor yang mempunyai kualitas kompetensi akademik dan profesional yang tinggi atau memadai. Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan diupayakan melalui pengutamaan peningkatan mutu tutor. Selengkap serta secanggih apa pun prasarana serta wahana pendidikan, tanpa didukung oleh mutu tutor yg baik, prasarana dan wahana tersebut tidak mempunyai arti yang signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan. 

Secara subtantif-teoretis, tingkat prestasi atau kualitas pendidikan mengkategorikan baik didasari atas prestasi atau tingkat kecerdasan rakyat belajar yg secara umum baik; warga belajar akan berprestasi atau cerdas nir terlepas menurut prestasi atau kecerdasan yang dimiliki tutornya; tutor akan berprestasi atau cerdas terkait dengan prestasi atau kecerdasan yang dimiliki tutornya akan berprestasi atau cerdas bergantung kepada fasilitas atau wahana yg dimiliki institusinya, baik saat mendalami ilmu juga saat melaksanakan tugasnya.


Kedua, merosotnya mutu tutor jugadiperparah sang LPTK swasta yg ’membabi buta’ menggelar pendidikan tenagakependidikan menggunakan segala keterbatasan (input, proses, dan outcome).betapa poly pihak-pihak yang menyelenggarakan pendidikan energi kependidikanberkedok mencerdaskan bangsa (sebenarnya membodohkan bangsa). Hal itu terlihat,diantaranya, menurut proses rekrutmen yang tanpa standardisasi yg jelas, prosespembelajaran yang setengah- 1/2 fasilitas penunjang yg sangat minim, danoutcome yang tingkat standar kompetensi kependidikan, ketutoran, dankeilmuannya dipertanyakan.

Demikianlah mengenai pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis FBC (Facebook, Bloger serta Content)Model Drill serta Practice dalam pendidikan kesetaraan PNF. Semoga bermanfaat. Terimakasih.

Sumber : Dirangkum menurut banyak sekali sumber !

Referensi:


Ballantine, B. 1999. New forms ofwork organisation and productivity: A studyprepared by business decisions limited for DGV of the european commission. diambiltanggal 1 April 2007 berdasarkan //www.europa.eu.int/comm/employment_social/socdial/workorg/ewon/surveys/new-workorg_en.pdf
Bloom, S.benyamin, 1956. Taxonomy of EducationalObjective The Classification of Educational Goal
DePorter,Bobbi, dan Mike Hernacki. 2001. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyamandan Menyenangkan . Bandung: Khaifa.
_____________,Mark Reardon, Sarah Singer-Nourie. 2008. Quantum Teaching: MempraktikkanQuantum Learning di ruang-ruang Kelas. Bandung: Khaifa.
Hamzah.2007. Perencanaan Pembelajaran . Jakarta: PT Bumi Aksara.
Johnson,Elaine B,PH.D2007. Kontextual Teaching andLearning;Menjadikan Kegiatan Belajar-mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center.
Kadir,abdul dan Triwahyuni, Terra Ch. PengenalanTeknologi Pendidikan. Yogyakarta: Andi.
Mursel, J. 2006. Successful Teaching. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nasution,S. 1997. Berbagai Pendekatan pada Proses Belajar serta Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara.
Productivity Commission. 2003. Productivity. Diambiltanggal 30 Oktober 2004 dari //www.commissionproductivityprimer/html.
Usman, Uzer, Lilis Setiawati. 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar..Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Wenger, Win, Ph.D. 2004. Beyond Teaching serta Learning: Memadukan quantum Teaching dan Learning.  Bandung:Nuansa.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel